Karena Monotheis, Yazidi Sembah Setan

Catatan Ringan Akhir Pekan, T. Taufiqulhadi

T. Taufiqulhadi (CDN/Istimewa)

Soal Tawusi Malik atau Malaikat Burung Merak ini, ada perkara lain yang lebih penting. Allah telah mendelagasikan semua kekuasaan dunia kepada tujuh malaikat. Malaikat Burung Merak inilah yang memimpin para malaikat tersebut.  Mereka diserahi tanggung jawab untuk masalah-masalah kemanusiaan dan keduniawian. Dalam keyakinan kaum Yazidi, malaikat ini menjadi mediator antara Allah dan rakyat Yazidi. Dia berhubungan langsung dengan Allah dan itu bukan dalam bentuk oposisi tapi sebagai suatu entitas independen. Pada saat bersamaan, Tawusi Malik ini menjadi alter ego Xwede yang menjadi sama, bersatu tak dipisahkan. Ia merupakan manifetasi dari maha pencipta, tapi bukan maha pencipta itu sendiri.

Xwede juga pernah hadir dalam bentuk Syeikh ‘Adi dan Sultan Ezi. Siapa mereka? Syeikh ‘Adi (w. 1162) adalah seorang ulama besar yang berkecendrungan sufisitik kuat.  Ia lahir di Bait Far, Baalbek, Libanon, keturunan suku Qauraisy. Nama lengkapnya Adi bin Musafir bin Ismail bin Mawan bin al Hakim.  Selama  belajar di Baghdad, ia banyak berhubungan dan mengetahui sufi dari wilayah Kurdi,  seperti Uqail al-Manbiji dan Abu’l Wafa al-Hulwani.  Pemikirannya sangat dipengaruhi gagasan-gagasan para sufi seperti al-Ghazali, al-Jalani, Hasan Basri, al-Hallaj, Qadib al-Ban dan Fakhruddin Tabaristani al-Gaydi.

Sebagaimana diketahui, Khalifah dinasti Umayyah terakhir Marwan II, yang memerintah tahun 744-50, adalah separuhnya berdarah Kurdi. Setelah tumbang, keturunannya menetap di pegunungan Kurdi, dan dihormati dan dilindungi oleh kaum Kurdi. Empat abad kemudian, di antara mereka mendirikan gerakan mistis seperti Uqail dan Abu’l Wafa itu,  yang pengikutnya ini menarik perhatian Syeikh ‘Adi.

Lihat juga...