INDEF Soroti Sentimen Negatif Staf Khusus Milenial Jokowi
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
JAKARTA – Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) merilis riset big data mengenai sentimen negatif terhadap kinerja staf khusus (stafsus) milenial Presiden Joko Widodo (Jokowi), terkait kiprah mereka turut memanfaatkan program Kartu Prakerja di tengah pandemi Corona atau Covid-19.
Ekonom senior INDEF, Didik J Rachbini, mengatakan, INDEF menemukan 86.400 perbincangan yang berasal dari 55.700 akun di twitter terkait kinerja stafsus milenial Presiden Jokowi.
Dalam rilisnya yang diterima Cendana News, Kamis (30/4/2020), lebih lanjut dia menjelaskan, bahwa temuan itu berasal dari big data yang dilakukan INDEF untuk menelusuri percakapan yang ramai selama sepekan tentang stafsus di istana negara. Data percakapan tersebut diambil pada tanggal 7-17 April 2020, dan dirilis pada Kamis ini.
“Kisruh stafsus milenial istana ramai diperbincangkan, ini menarik dimana dari 86.400 perbincangan yang berasal dari 55.700, hasilnya mengejutkan yakni 94,97 persen sentimen negatif. Dan sisanya hanya 5,03 persen sentimen positif,” kata Didik.
Menurutnya, sentimen negatif ekstrem dan tekanan publik yang kuat menyebabkan dua staf khusus Presiden Jokowi dari kalangan milenial mengundurkan diri. Yaitu, Adhamas Belva Devara, dan Andi Taufan Garuda Putra.
Perbincangan terhadap kiprah Andi Taufan, terekam pada pertengahan April 2020. Stafsus Andi menyurati camat paling tinggi intensitas percakapannya di angka 92 persen sentimen negatif.
Disusul oleh kiprah Belva Devara bertengkar dengan intensitas percapakan 90 persen. “Khususnya tentang Belva karena konflik kepentingan, dimana perusahaannya ikut di dalam proyek Program Kartu Prakerja yang diadakan di tengah wabah Covid-19,” ujar Didik.