Menanam Sayuran di Lahan Sempit, Hemat Pengeluaran
Editor: Makmun Hidayat
Pemanfaatan lahan sempit dilakukan oleh Kasiem di Desa Kemukus. Wanita yang sudah lanjut usia tersebut mengaku tetap sehat karena menanam sayuran tanpa membeli. Ia menyebut sejumlah sayuran yang dijual pada sejumlah pasar tradisional dominan ditanam menggunakan bahan kimia. Menanam sendiri menjadi cara menjaga kualitas sayuran yang dimasak.
“Sejumlah sayuran yang saya tanam pada lahan sempit bisa digunakan memenuhi kebutuhan tanpa harus membeli,” tutur Kasiem.
Asmawati dan Suyatno di Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan menyebut memanfaatkan lahan sempit sejak lama. Sayuran yang ditanam memanfaatkan pot, polybag serta sejumlah bahan bekas. Berbagai jenis bahan bekas bisa digunakan untuk menanam sayuran daun bawang kucai, cabai rawit, kemangi, kangkung dan bayam.
“Semua sayuran saya tanam memanfaatkan pupuk kandang tanpa pupuk kimia,” terang Asmawati.
Pengurangan bahan kimia untuk budidaya sayuran pada lahan terbatas menjadi cara mendapatkan asupan gizi bagi keluarga. Sebab pada satu pekan pengeluaran untuk membeli sayuran bisa dihemat. Penghematan uang tanpa membeli sayuran bisa digunakan membeli ikan laut, telur untuk tambahan protein.
Suyatno, pemilik lahan sempit memanfaatkannya sebagai lokasi budidaya ikan lele, nila. Pada tanggul kolam ia melakukan penanaman kelor, bayam, pisang dan berbagai jenis sayuran. Ikan air tawar yang dipelihara pada kolam menurutnya berguna untuk tambahan protein hewani. Saat mendapatkan hasil panen melimpah sebagian bisa dijual.
Kolam pada lahan sempit didukung sumber air yang memadai dan mengalir lancar. Memanfaatkan lahan yang terbatas ia bahkan menggunakan bagian atas kolam untuk kandang ayam. Sistem zero waster farm diterapkan dengan pemanfaatan lahan sempit. Kotoran ayam akan berfungsi sebagai pupuk pada kolam dan sebagian digunakan untuk pupuk sayuran.