Indonesia Kehilangan Perwakilan Cendekiawan di DPR
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
JAKARTA – Keikutsertaan para politisi di dalam diskusi akademik dan forum ilmiah dinilai sangat penting, sehingga kebijakan yang mereka ambil tidak semata berdasarkan kepentingan subjektif, akan tetapi didasari atas pencerahan ilmiah.
Sayangnya, menurut Mantan Ketua Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP), Yudi Latif, fenomena semacam itu sulit terjadi pada saat ini. Pasalnya, kata Yudi, korpus cendekia di lembaga legislatif itu sudah hilang.
“Kita tidak bisa berharap banyak anggota-anggota dewan bisa terlibat serius dalam forum semacam itu,” terang Yudi, pada acara Peluncuran Buku berjudul ‘Sistem Demokrasi Pancasila’, Rabu (11/3/2020) di Universitas Nasional (Unas) Jakarta.
Yudi mengungkapkan, bahwa dahulu, politik Indonesia dipelopori oleh kaum intelektual, baik dari kalangan sipil maupun militer. Oleh karenanya, secara subjektif, mereka membentuk badan khusus di dalam lembaga legislatif yang merepresentasikan kaum cendekiawan.
“Ini (perwakilan cendekiawan) yang hilang sekarang. Perwakilan dari kekuatan kapital pasti ada. Perwakilan dari para peternak massa bahkan preman juga ada. Yang tidak ada ya perwakilan intelektual. Bahkan dewan perwakilan agung pun dihilangkan,” tukas Yudi.
Meski demikian, Yudi mengatakan, apabila anggota dewan tidak banyak terlibat dalam diskursus akademik dan ilmiah, itu masih bisa ditolerir. Namun yang juga disayangkan oleh Yudi, adalah minimnya ilmuwan yang memproduksi pengetahuan.
“Sekarang kalau kita lihat, para pemikir kita persis seperti apa yang dikhawatirkan Soekarno, banyak text book thinker,” ujar Yudi.