Bubur Sumsum, Kuliner Tradisional Nusantara di Bekasi
Editor: Makmun Hidayat
BEKASI — Bubur sumsum biji salak, merupakan dua jenis kuliner berbeda tetapi dijadikan satu hingga menggugah selera. Biasanya kuliner ini biasa dijumpai saat bulan puasa untuk menu berbuka puasa.
“Bubur sumsum biji salak adalah kreasi. Di setiap daerah pasti ada biasanya terutama di Jawa. Di Bekasi ada juga tapi namanya beda di sini biasanya disebut jongkong,” ujar Riyanto, dan penjual bubur sumsum biji salak asal Brebes ini kepada Cendana News, Sabtu (1/2/2020).
Dikatakan kuliner tradisional bubur sumsum di Jawa biasanya tersaji jika ada acara besar. Karena menggunakan bahan baku seperti tepung beras dimasak dengan santan.
Sedangkan biji salak sendiri memiliki bahan baku sagu dan tepung ditambah garam. Hal tersebut menurutnya membuat rasanya gurih. Dalam penyajian menggunakan gula merah ditambah santan hingga membuat lumer di mulut.
“Untuk membuat aroma lebih biasanya diberi daun pandan atau lainnya sesuai dengan kreasi dan selera seperti ditambah biji mutiara. Tapi sayakan jualan, ya tentunya harus yang terbaik,” jelasnya.
Bubur sumsum mudah dalam pembuatannya dengan bahan tepung beras, gula, garam hanya dimasak jadi satu. Namun paparnya, perlu kecermatan dan harus diulang-ulang dalam pembuatannya untuk memberi rasa sesuai keinginan.
“Untuk biji salak sendiri bisa dikreasikan dengan ubi jalar, dicor tepung biasanya warna ungu untuk menambah daya tarik,” paparnya.
Riyanto, melakoni jualan bubur sumsum biji salak, di dua tempat pagi di wilayah Jatisari, dan menjelang sore mangkal di sekitar Purigading Permai Jatiluhur.
Dia mengakui, bubur sumsum cukup diminati dengan omzet sehari bisa mencapai 100 cup lebih. Riyanto menjual dengan harga Rp6000/cup. Tapi dia memberi dua pilihan antara bubur sumsum atau dicampur biji salak.