Jayanti

CERPEN YUDITEHA

Lelea, Indramayu 1979

“Bulan depan aku akan melamarmu, tepatnya usai pesta ngarot.” Ucapan Prastowo beberapa waktu lalu sesekali terngiang di telinga Jayanti.

Karenanya Jayanti berani punya harapan tentang jalinan cintanya dengan Prastowo. Jayanti menyadari hal itu belum menjadi kepastian, tapi dengan janji itu, paling tidak Prastowo telah memberi sepercik asa tentang nasib hubungan mereka yang telah berjalan selama empat tahun.

Alasan mengapa Prastowo melamar Jayanti setelah pesta ngarot karena dia tahu Jayanti masih ingin menjadi salah satu peserta gadis bunga dalam ritual itu.

Dan Jayanti mengakui bahwa kegembiraannya tentang janji Prastowo memang bukan semata adanya kejelasan hubungan mereka, tapi juga karena bagi Jayanti hal itu akan mewujudkan keinginannya menjadikan pesta ngarot kali ini momen terakhir keikutsertaannya.

Sementara di kisah yang lain, Ajat, lelaki muda setempat desa Lelea tampak sumringah. Hal itu dikarenakan dia akan menjadi pasangan Jayanti pada pesta ngarot bulan Desember ini.

Kegembiraan Ajat sesungguhnya bukan semata hal itu, tapi terlebih karena dia menganggap pesta ngarot kali ini akan dijadikan sarana untuk kembali berusaha memikat hati Jayanti.

Benar, Ajat memang sudah lama tergila-gila kepada Jayanti, bahkan Ajat sudah pernah mengutarakan cintanya, tapi tidak diterima. Penolakan itu tentu saja karena Jayanti memang tidak menyukai Ajat, dan pastinya juga karena dia telah punya kekasih hati.

Tapi Ajat tampaknya belum menyerah, dan obrolan Ajat dengan teman-temannya di salah satu warung kopi desa Lelea beberapa hari menjelang pesta ngarot, bisa menjadi pertanda bahwa dia memang masih bernapsu ingin memiliki Jayanti.

Lihat juga...