Belajar Tari Klasik Gaya Yogyakarta di TMII
Editor: Koko Triarko
JAKARTA – Gerakan tubuh gemulai para penari dengan selendang diikat di pinggang, sesekali dipegangnya. Lalu dilepas kembali hingga melebar, dengan tubuh sedikit membungkuk, terlihat gerakannya sangat lembut. Dengan sangat menjiwai, mereka sedang latihan tari klasik gaya Yogyakarta di Pendopo Anjungan Yogyakarta Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, yang dilakukan setiap Jumat pukul 16.00-19.00 WIB.
Pada latihan Jumat (31/1/2020) sore, mereka belajar tari klasik gaya Yogyakarta Kesultanan dan Puro Pakualaman.
“Tari klasik gaya Yogyakarta ini ada dua macam, yaitu Kesultanan dan Paro Pakualaman,” kata Susanti, pelatih Diklat Tari Anjungan Yogyakarta TMII, Jakarta, Jumat (31/1/2020) sore.
Dia menjelaskan, tari klasik gaya Yogyakarta Kesultanan itu punya Hamengkubono, sedangkan Puro Pakualaman adalah tari kasik milik Pakualaman.
“Kedua tarian ini masing-masing punya ciri khas, tapi masih berpijak tari klasik. Gerakannya cenderung lembut. Dan, yang membedakan di ragam gerakan tari,” ujarnya.
Tari klasik gaya Yogyakarta ini, jelas dia cenderung gerakan baku, yakni gerakan yang sudah diatur. Jadi, dalam melatih tarian ini berpihak pada gerakan yang sudah ada sebelumnya, yaitu dari Kesultanan Yogyakarta.
“Nah, itu dulu riwayatnya dari gerakan klasik penari keraton, lalu ditularkan ke rakyat. Jadi, rakyat pun bisa mengenal ]tari klasik,” ucapnya.

Tari klasik yang gerakannya lembut ini berbeda dengan tari kreasi. Kalau tari kreasi tariannya bisa dikembangkan, dan gerakannya lepas tidak ada patokan.