Filosofi Barongsai Bagi Ummat Konghucu

Redaktur: Muhsin E Bijo Dirajo

Dia berharap barongsai yang dipentaskan dalam kemeriahan perayaan Tahun Baru Imlek 2571 Kongzili ini, menimbulkan rasa kemantapan atau kemakmuran didalam kehidupan.

“Kemakmuran kehidupan itu terlambangkan dalam gerak gerik barongsai yang begitu lincah dan memukai dengan warnanya yang mencolok itu adalah makna utama dr tarian barongsai,” ungkap Vekky.

Bagi umat Konghucu, barongsai merupakan budaya religius yang terus dijaga dalam memaknai kehidupan. Sehingga menurutnya, orang Tionghoa lain boleh mengklaim barongsai itu ibaratnya bagian dari budaya tradisi dan lainnya.

“Tapi kalau kami umat Konghucu, bahwasanya apa yang dilakukan termasuk barongsai adalah merupakan perlambang harapan doa kami untuk menjalankan kehidupan sesuai di dalam tuntunan agama kami,” imbuhnya.

Ketua Pertunjukan Barongsai Hailung, Miky Setiawan mengatakan, barongsai memiliki filosofi ritual untuk mengusir roh jahat. Dengan suara tabuhan dari sambur, simba dan gong yang keras dipercaya bisa mengusir roh jahat.

“Jadi fungsi utama aksi barongsai ini, filosofinya untuk mengusir roh jahat,” kata Maky kepada Cendana News ditemui di area Kelenteng Kong Mioa TMII, Jakarta, Sabtu (25/1/2020).

Dia menjelaskan, barongsai ini sejarahnya dari negara China dalam kebudayaan.

“Barongsai dikatakan sebagai binatang suci atau Qillin. Itu rekarnasi atau titisan dari binatang suci berkepala naga dan berbadan rusa,” ujarnya.

Kemeriahan perayaan Tahun Baru Imlek dengan aksi barongsai ini diharapkan bisa menghibur pengunjung TMII. Tapi secara ritual jelas dia, borangsai ini bermakna untuk kemakmuran dalam kontek spiritual bagi umat Tionghoa yang sedang merayakan Imlek.

Lihat juga...