Upaya Penelitian Lendir Keong Asli Jawa untuk Kesehatan
Editor: Ranny Supusepa
JAKARTA — Pemanfaatan keong di luar negeri dan ketertarikan pada efek mucus di bekas luka, mendorong Dr. Rer. Nat. Ayu Savitri Nurinsiyah, M.IL, M.Sc melakukan penelitian Antimicrobial peptide yang terkandung dalam mucus keong.
Peneliti Junior LIPI Bidang Biologi Dr. Rer. Nat. Ayu Savitri Nurinsiyah, M.IL, M.Sc menceritakan awal mula ketertarikannya pada manfaat lendir atau mucus yaitu saat dirinya melihat luka saudaranya mengering saat ditempeli keong.
“Dari saat itu, saya mulai tertarik dengan keong dan mulai mempelajari manfaat dan keistimewaan spesies keong,” kata Ayu saat temu media di Gedung D Dikti Jakarta, Selasa (26/11/2019).
Ia menyampaikan bahwa pemanfaatan keong sudah banyak dilakukan oleh negara-negara Eropa, sebagian Asia dan Amerika Serikat. Salah satunya adalah untuk bahan koametika.
“Keong yang dimanfaatkan disana adalah yang kita kenal dengan nama escargot. Tapi penyebaran spesies ini tidak sampai ke Indonesia,” ujar Ayu.
Dari 1.800 jenis keong, ada 255 jenis yang hidup di Jawa dan 105 jenis diantaranya endemik Jawa.
“Dengan melihat proses penyembuhan luka oleh lendir, saya tertarik untuk melakukan penelitian terhadap antimicrobial peptide (AMP) dan aktivitas antimikroba keong darat endemik dan asli Jawa,” urai Ayu.
Sampel keong darat dikoleksi dari beberapa tempat di Jawa bagian barat, tengah dan timur. Sampel ini akan diisolasi lendirnya lalu diidentifikasi karakter antimicrobial peptide.
“Baru diuji aktivitas antimikroba-nya. Ini akan dilakukan di pusat penelitian biologi dan pusat penelitian bioteknologi LIPI,” pungkasnya.