Ruang untuk mengetik di samping kiri tanpa jendela dengan pendingin ruangan yang hampir tidak pernah mati. Ruang untuk melamun di sisi depan dekat pintu utama.
Halaman depan dipenuhi tanaman bunga berbagai jenis dan warna. Sedangkan di halaman belakang menjadi tempat rindang berkat pohon-pohon cemara berbagai jenis.
Tidak ada ruang tidur. Tidak ada ruang mandi. Ia biasa tidur di ruang mana saja dan mandi di dekat pohon-pohon cemara ekor kuda. Ada air tanah yang ditemukannya secara tidak sengaja saat dulu ingin mengubur celengan mimpi.
Iya, mimpi-mimpi yang ditulisnya di atas kertas kecil—sobekan dari buku harian, lalu digulung-gulung dan dipipihkan, kemudian dimasukkan ke dalam celengan. Setelah semua orang di sana pergi. Hanya dapur yang dibiarkan tersisa.
***
GETAH leci jatuh menimpa rok biru laut yang dikenakannya. Ia bergumam, untung tidak di buku. Memasuki jam istirahat, para murid mulai mengeluarkan ponsel yang disembunyikan di balik baju.
Sekolah menengah pertama khusus perempuan tempatnya belajar melarang ponsel dibawa ke sekolah. Jika ingin menghubungi orangtua usai jam sekolah, silakan datang ke ruang tata usaha.
Ia tidak punya ponsel. Diliriknya segerombolan perempuan yang duduk di samping lemari dekat papan tulis. Suara tawa dan visual benda di tangan para perempuan itu melayangkan ingatannya ke masa taman kanak-kanak.
Kala itu para murid berkumpul memamerkan peliharaan dari tamagotchi masing-masing. Ia ikut bergabung dengan menceritakan kecerdikan naga pada buku How to Train Your Dragon. Seketika murid-murid di sekelilingnya terdiam. Saling tatap.
“Itu nggak hidup. Kamu harus punya ini kalau mau main sama kami!” salah satu anak perempuan mengacungkan tamagotchi merah jambu miliknya. Lalu mengajak anak-anak lain untuk duduk di tepi-tepi sanggar tari. Ia ditinggalkan sendirian di area jungkat-jungkit.
***
“BU Sora punya smartphone baru, nih!”