Mbah Mardi ada sejak dulu, ia terus hidup turun temurun hingga sampai ke buyut. Banyak dari anak-anak (sekarang sudah dewasa dan punya anak lagi) bertanya pada orangtuanya perihal Mbah Mardi.
Namun mereka akan mendapatkan jawaban yang sama “sejak dulu” dari orangtua mereka. Mbah Mardi juga sangat kuat. Meskipun usianya tua (entah berapa karena tidak ada yang tahu) tenaganya masih seperti ketika dia muda.
Dia tak terkalahkan. Pedang yang menjadi jimat berperangnya, memiliki kekuatan supranatural sebab ketika pedang itu diayunkan di depan ribuan musuh, seketika ribuan kepala musuh itu akan terpenggal dengan sendirinya. Selama hidupnya, ia juga tak pernah terserang penyakit.
Maka atas kekuatan itu, para musuh atau desa lain harus berpikir ulang saat berniat menyerang desa Seloso ini. Penyerangan yang dulu bertubi-tubi dikerahkan karena ingin menjajal kekuatan Mbah Mardi, berangsur hilang.
Desa ini terhindar dari perebutan antar-desa yang sampai saat ini masih terjadi diantara desa-desa lain. Hebatnya, Mbah Mardi yang memiliki kekuatan dan tak terkalahkan, memilih untuk tidak merebut wilayah desa lain.
Baginya, desa lain adalah hak dari warga desa itu, sepatutnya tidak perlu direbut sebab merebut wilayahnya sama saja dengan merebut hak-hak kehidupan mereka.
Kesederhanaan dan kebersahajaannya, membuat pemimpin desa lain segan. Mereka menganggap Mbah Mardi sebagai mutiara, kunjungannya di berbagai desa selalu mendapatkan sambutan yang hangat dari berbagai warga dan pemimpin desa.
***
KESEHATAN Mbah Mardi kian memburuk. Beberapa warga yang mengunjungi, mulai khawatir. Bahkan hingga menumbuhkan ketakutan di benak mereka.