Keris Leluhur

CERPEN S. PRASETYO UTOMO

Ia menari dengan topeng siluman raksasa, dan ajaib, betapa tarian itu telah menjelmakan sosok siluman raksasa hutan larangan. Lelaki tua juling dan topeng siluman raksasa itu merupakan satu pribadi, satu karakter, satu sosok.

Duduk bersila menghadap kendang, Widi terdiam menahan tubuh bergetar. Lelaki tua juling itu melepas topeng siluman raksasa dari wajahnya.

“Rupanya kau yang selama ini menjaga keselamatan hutan larangan dengan berdandan siluman raksasa bila malam hari?” Widi memandangi lelaki tua juling itu.

Lelaki tua bermata juling itu tidak mengangguk, tidak pula menggeleng. Wajahnya penuh dengan ketenteraman. Wajah yang tak menggugat. Wajah yang tak mengenal kebencian. Wajah yang tenang tanpa permusuhan.

“Aku telah membuatmu hidup amat menderita,” pelan, Widi menunduk, tak berani menatap wajah lelaki tua juling. “Kau terpaksa menjual lahan di hutan larangan.”

“Sudahlah. Aku tak pernah berpikir untuk menyudutkanmu. Ini memang sudah waktunya bukit hutan larangan itu lenyap, menjadi padang datar, rumah-rumah didirikan di atasnya. Aku harus hidup dengan cara mengikuti kehendak zaman.”

“Tidak semestinya kau hidup terlunta-lunta seperti ini.”

“Justru sekarang aku hidup tenteram. Uang penjualan lahanku di hutan larangan telah disumbangkan untuk mendirikan masjid Kiai Sodik.”

Masih saja Widi merasa malu sepeninggal lelaki tua juling yang kehilangan lahan di bukit hutan larangan. Ia merasa tak pantas menjual semua ladang di bukit hutan larangan pada pengembang perumahan. Ia beringsut bangkit menuju kamar.

Dipandanginya keris pusaka peninggalan leluhurnya, dan masih diingatnya benar pesan ayah almarhum, ketika menyerahkan keris itu, “Kau sekarang yang berkewajiban menjaga bukit hutan larangan. Jangan mudah menyerah pada bujukan orang yang hendak membeli lahanmu. Dulu leluhurmu menumpas para berandal hutan dengan keris ini.”
***
DUA truk besar berisi perabot rumah tangga, lukisan, dan topeng-topeng pahatan. Widi berkemas berangkat menjelang matahari rekah. Sebuah mobil sedan disiapkan Suman untuk mengantar Widi dan Rara ke bandara. Mereka bakal terbang ke Denpasar.

Lihat juga...