Kemarau, Buah Segar Banyak Diminati

Editor: Koko Triarko

Kenaikan harga buah segar, sebut Hardiman, terjadi akibat permintaan tinggi, namun petani penanam buah, berkurang. Kurangnya pasokan air pada sejumlah lahan pertanian menjadi salah satu penyebab produksi buah segar berkurang. Buah kerap disajikan langsung tanpa diolah menjadi jus dan es buah. Selain berjualan buah keliling, Hardiman mengaku dibantu sang istri yang menyediakan kios untuk berjualan buah.

Tiwi, warga Desa Pasuruan, memilih buah semangka untuk keluarganya. Wanita yang memiliki anak Balita itu memilih semangka sebagai asupan makanan pendamping ASI. Buah dengan rasa khas manis itu bisa disantap langsung dan kerap diblender, agar mudah diminum. Kesegaran dan rasa manis alami membuatnya menyimpan semangka dalam lemari pendingin.

“Selain buah semangka, saya kerap menyediakan buah pepaya yang bisa dihidangkan langsung atau dibuat menjadi jus,” cetusnya.

Sebagai cara agar anak bisa mengonsumsi buah tersebut, Tiwi kerap membuat buah menjadi koktail dan jus. Pengolahan buah menjadi cara agar anak menyukai buah yang sangat bermanfaat menjaga asupan vitamin saat kemarau.

Konsumsi buah segar, menurut Tiwi, menjadi anjuran dari bidan desa saat kegiatan Posyandu. Sebab, ia masih dalam tahap pemberian ASI ekslusif bagi anaknya.

Kesegaran alami buah saat kemarau juga dianjurkan oleh sekolah bagi sejumlah orang tua. Topan Hariyono, kepala SDN 1 Pasuruan, Kecamatan Penengahan, mengimbau orang tua memberikan asupan buah saat kemarau. Anjuran tersebut juga telah dicontohkan sekolah dengan menanam berbagai tanaman buah segar di lingkungan sekolah.

Penyediaan buah segar bagi siswa, bisa disediakan di sekolah. Tanaman buah jambu air, buah mangga,pepaya california sebagian sudah bisa dipanen. Buah segar tersebut kerap disediakan seusai kegiatan olah raga.

Lihat juga...