MALANG – Pengamat peternakan yang juga dosen Peternakan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Muhammadiyah Malam (UMM), Aris Winaya, menjelaskan pemanfaatan bioteknologi dalam upaya konservasi hewan ternak menjadi salah satu solusi dalam upaya ketahanan pangan dan pelestarian lingkungan, sekaligus dapat mempertahankan plasma nutfah, agar tidak punah.
Menurut Aris Wijaya, untuk memproteksi hewan lokal yang menjadi potensi di Indonesia, bisa dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkarakterisasi serta memonitor hewan-hewan lokal yang dinilai terancam punah.
Selain itu, penggunaan ternak lokal harus dilakukan secara berkelanjutan dan tidak berhenti, sehingga gen tetap tersedia dalam jangka waktu yang lama. Material sampel genetik harus cukup untuk disimpan, guna memastikan keamanan gen unik lokal yang terancam punah.
“Kita juga perlu mengembangkan dan menghidupkan kembali kearifan lokal yang mendukung perlindungan genetik sebagai strategi untuk tetap menjaga keunikan genetik hewan-hewan lokal,” katanya, Sabtu (21/9/2019).
Menurut dia, kearifan lokal merupakan strategi yang cukup jitu untuk menjaga genetik, karena Indonesia yang masih menghormati kearifan lokal yang digagas oleh leluhur mereka. Dengan demikian, penjagaan genetik dilakukan oleh segenap lapisan masyarakat.
Akhir-akhir ini, ketahanan pangan menjadi topik yang tidak pernah habis untuk diperbincangkan. Tidak hanya di Indonesia, ketahanan pangan juga kerap menjadi pembahasan yang serius di kancah internasional.
Karena itu, saat ini mengharuskan adanya peningkatan hasil pangan, baik dari pertanian maupun peternakan.
Namun, peningkatan hasil pangan tersebut tidak dapat mengimbangi pertumbuhan populasi penduduk setiap tahunnya, sehingga ada kekhawatirkan pada masa mendatang akan mengalami kekurangan pangan.