Bawalah Saya dari Halmahera

CERPEN ARIS KURNIAWAN

Menelusuri relung-relungnya yang menggairahkan pada malam hari. Bukankah saya juga bersedia mengantarmu ke mana saja di pulau ini? Kamu orang baik yang tahu membalas kebaikan teman.

Akan kucarikan perahu dayung untuk mengantarmu ke Pulau Gorngofa. Istirahat saja dulu sebentar di kamar penginapan. Kamu pasti lelah setelah mendaki bukit. Lihat sepatumu, lihat kakimu.

Kamu mau makan popeda? Ya, orang di Jawa biasa menyebutnya papeda. Tunggulah saya akan mengirim orang membawakan popeda untukmu. Wah kamu sudah mahir cara makan popeda rupanya.

Tak pakai sendok melainkan jari telunjuk dan jempol untuk memisahkan bagian yang akan kamu masukkan ke mulut. Betul, tak perlu dikunyah, melainkan langsung telan.

Habiskan popedamu. Saya akan menjemputmu setelah kamu cukup segar untuk kembali bertualang. Apa, kamu mau ikut mencari perahu dayung? Baiklah.

Kita akan mendayung selama satu jam untuk mencapai Pulau Gorngofa. Duduklah di belakang. Bantu saya mendayung kalau mau. Saya pernah ke pulau ini waktu sekolah dulu bersama kawan-kawan. Itu pengalaman yang membosankan.

Saya mau mengulanginya hanya karena kamu sudah berjanji akan menjemputku tahun depan di Pelabuhan Jailolo, membawaku dari sini dan terbang Jakarta. Apa, pulau ini unik kamu bilang? Hanya pulau biasa yang tak memiliki garis pantai.

Dinding dan tebing-tebing karang yang tinggi menjulang sangat curam dan langsung masuk ke dasar laut. Orang-orang kampung bilang pulau ini berawal dari perahu musuh yang karam oleh dahsyatnya ombak. Mereka sering mengada-ada. Para pengkhayal yang tak tersembuhkan.

Apa sih sebenarnya yang kamu cari di Jailolo? Liburan? Kenapa tak ke Bali saja. Di Jailolo kafe untuk sekadar nongkrong dan ngobrol dengan nyaman saja tak ada. Apalagi pijat refleksi, salon, dan fitness center.

Lihat juga...