Sosok Soeharto dalam Kenangan Tengku Zulkarnain

Editor: Koko Triarko

Ironisnya, Pak Harto tidak mau menerima royalti dari sebuah organisasi kesehatan dunia yang berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

“Pak Harto nggak mau royalti, dan Beliau bilang itu sedekah saja untuk akherat. Bangga, dong kita, ide Pak Harto dipakai di Afrika,” kata Tengku, sambil tersenyum.

Pak Harto wafat pada 27 Januari 2008, dalam usia 87 tahun. Beliau mengembuskan napas terakhir di RS Pusat Pertamina, Jakarta Selatan,  disebabkan komplikasi yang terjadi pada organ dalam tubuh Beliau yang lain.

Tengku mengaku kehilangan sosok Bapak Pembangunan yang hatinya sangat mulia. Dia mengatakan kepada Cendana News, dalam buku ‘Pak Harto The Untold Stories’, dirinya memberikan kesaksian tentang bagaimana raut wajah jenazah Pak Harto.

“Saya melihat wajah Pak Harto berwarna merah jambu. Guru saya mengajarkan hal yang pernah dikatakan Rasul Muhammad SAW, tentang ciri-ciri khusnul khotimah, bahwa keikhlasan tertinggi seorang manusia kepada Allah SWT, terpancar dari wajahnya yang berwarna merah jambu,” ujarnya, seperti dikutip dari buku tersebut.

Tengku pun menangis, ketika menyadarinya. “Penjelasan Rasulullah benar, dan malam itu saya mendapatinya pada wajah Pak Harto. Juga ada keharuman tertentu yang khas di sekitar jenazah, yang menandakan hal yang sama,” ujarnya.

Almarhum Pak Harto disemayamkan berdampingan dengan istri tercinta Ibu Tien Soeharto di Astana Giribangun, Karanganyar, Solo, Jawa Tengah.

Rakyak Indonesia berduka atas kepulangan Pak Harto keharibaan Ilahi rabbi. Doa-doa terus dilantunkan hingga sekarang, sebagai wujud penghormatan rakyat Indonesia kepada Presiden Soeharto.

Lihat juga...