Segala Sesuatu yang Menghilang

CERPEN YETTI AKA

“Kau mengikutiku?” Perempuan itu tiba-tiba berhenti dan menoleh ke belakang, memergoki Goris dengan mata mudah menangisnya.

“Tana-lia?” balas Goris tergelagap.

“Bukan,” kata perempuan itu. “Kau salah orang.”

“Kau punya banyak kupu-kupu,” kata Goris menunjuk ke kepala perempuan itu.

“Berhenti menggangguku. Kau salah orang,” kata perempuan itu, lalu cepat-cepat menjauhi Goris.
Goris terpaku memandangi kepala perempuan itu. Serombongan kupu-kupu warna-warni masih bertengger di sana. Semua sayapnya merentang lebar.

“Tanalia,” bisik Goris sendu. Gadis kecil bermain lompat tali terbayang-bayang di mata Goris yang basah. Ia bersiap kembali ke stasiun, meneruskan perjalanannya, tapi mendadak perempuan itu berbalik dan berkata, “Tanalia itu siapa?”
***
SETELAH hari itu, Goris menghilang. Tak ada yang tahu kabarnya lagi. Ia seperti tanaman kaktus yang membusuk, sampai yang tersisa hanya duri-durinya.

Atau gambar sebuah produk kesehatan yang tiba-tiba tak terlihat lagi di papan reklame di perempatan jalan, dan yang tertinggal hanya nomor telepon yang bisa dihubungi bila seseorang ingin memasang iklan di sana.

Begitulah Goris pada akhirnya.

Malam sebelum Goris menghilang, ia berdiri memandang hamparan atap yang kebanyakan berwarna cokelat dan bertanya, berapa jarak sesungguhnya antara ada dan tiba-tiba tidak ada?

Lalu ia berpikir sungguh-sungguh tentang warna atap, rumah-rumah yang bersesakan, gedung tinggi di kejauhan, mobil-mobil di jalan raya sebagai bagian dari caranya bertahan dari rasa kosong dan cemas.

Sebagai cara ia mengobati banyak kesakitan yang selama ini diterimanya dengan sebaik-baiknya tanpa pernah menunjukkan betapa ia sering berteriak dalam kesendiriannya.

Lihat juga...