Segala Sesuatu yang Menghilang

CERPEN YETTI AKA

Ia menawarkan ide untuk mengawetkan kalau kakaknya bersedia, tapi kakaknya malah tidak mau bicara selama seharian dengannya. Ia pikir itu cara kakaknya menyikapi kehilangan salah satu bagian terpenting dari tubuhnya.

Seolah-olah ia marah kepada Goris, padahal sebenarnya ia kecewa dengan dirinya sendiri yang mungkin kurang hati-hati, yang mungkin selama ini tak pernah terpikir betapa pentingnya sebuah jari.

Lalu Goris menyarankan kepada kakaknya supaya dia beristirahat saja dulu sambil menunggu luka itu sembuh. Sementara Goris mengubur bagian ujung kelingking kakaknya itu di dekat pohon mawar, agar di saat berbunga satu per satu kelopak yang layu jatuh di atas kuburan ujung jari dengan kuku yang memiliki sisa kutek biru itu.

Saat Goris memasuki semester enam ia bertanya kepada ibunya di telepon dengan pertanyaan sama setiap mendapat kabar duka.

“Bagaimana rasanya tak melihat mereka lagi?”

Ibunya bilang mereka orang-orang yang baik dan tak disangka pergi terlalu cepat. Goris jadi teringat salah seorang dari mereka pernah memberinya sebuah pensil berkepala boneka jerami. Seorang lagi, meski tidak terlalu dekat, pernah membantu mengobati luka di lutut saat Goris jatuh.

Karena itu ia kembali bertanya kepada ibunya, “Bagaimana rasanya tak melihat mereka lagi?” dan ibunya tak pernah menjawab pertanyaan itu dengan tepat.

Tentu masih banyak kehilangan lain, baik yang terjadi di kota asalnya maupun di kota tempat ia kuliah dan akhirnya menetap. Semuanya ia cermati sebaik-baiknya, nyaris tanpa terlewatkan satu pun, sejauh dalam jangkauannya.
***
MALAM ini, Goris duduk di bagian kursi paling pinggir di sebuah gerbong. Ia diam-diam mengamati orang-orang yang satu per satu turun dari kereta di tiap stasiun perhentian.

Lihat juga...