Purnacandra

CERPEN WAHYU INDRO SASONGKO

Langkah kakinya menuju ke arah perbukitan. Menghilang di dalam kelam malam. Di atas sebuah bukit serigala itu berdiri. Sekali lagi ia melolong panjang ke arah bulan.
***
TUBUH Lamin basah oleh keringat. Napasnya belum sepenuhnya teratur ketika ia berhenti di halaman rumah juragannya. Ia sedikit menyeringai ketika merasakan perih di bagian tubuhnya.

Pagi itu, warga terlihat berkerumun di depan rumah Demang Suralaga. Wajah mereka terlihat penuh rasa heran. Beberapa di antaranya terlihat berbisik-bisik. Lamin berjalan menembus kerumunan. Lamin mengedarkan pandangan.

“Bangsat! Dari mana kau? Kita habis diserang semalam oleh serigala. Aku bertarung mati-matian dan kau menghilang,” kata Jalu kepadanya.

Tetapi Lamin seperti tidak peduli. Ia berjalan meninggalkan Jalu begitu saja. Langkah kakinya menuju ke arah kamar Demang Suralaga. Tangannya mengambil sebilah keris yang tergeletak di lantai. Lamin terdiam ketika ia merasakan ada sesuatu yang menyangkut di sela gigi taringnya. ***

Wahyu Indro Sasongko, cerpennya pernah dimuat di Solopos, Femina, Buku Antologi Cerpen Seputar Pusar, Buku Antologi Cerpen Dua Tragedi, Sejarah Maaf, dan Ziarah Hati. Menulis dua buku riset sejarah “Masjid Kagungan Dalem” dan “Masjid Kuno Kesultanan Yogyakarta (2015)”. Serta buku riset sejarah “Petilasan Raja-Raja Mataram” (2016) diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Aktif di Komunitas Kamar Kata Karanganyar.

Redaksi menerima cerpen. Tema bebas tidak SARA. Karya belum pernah tayang di media mana pun baik cetak, online, juga buku. Kirim karya ke editorcendana@gmail.com. Disediakan honorarium bagi karya yang ditayangkan

Lihat juga...