Purnacandra

CERPEN WAHYU INDRO SASONGKO

Tetapi naas, ia merasakan sebuah tangan mengangkat tubuhnya dari belakang. Setelah itu, Suralaga merasakan ada taring menancap di lehernya. Dada Suralaga terkoyak, semua cahaya tiba-tiba padam.
***
WAKTU berputar melawan arah jarum jam. Semua bergerak ke belakang.

Seorang laki-laki rebah di atas tanah. Matanya terlihat berkedip. Cahaya matahari tak kuasa menembus lebat pepohonan. Tubuhnya perlahan bangkit. Bergerak merangkak ke belakang. Mulutnya terbuka.

Muntahan bercampur gumpalan darah dan potongan-potongan jantung masuk kembali ke dalam mulutnya. Ia masih merangkak. Laki-laki itu berkali-kali mengeluarkan lidahnya. Perlahan tubuhnya bangkit.

Kakinya gontai. Kedua tangan laki-laki itu menutup wajahnya. Ia mengerang.  Mulutnya memanjang. Empat taring tumbuh di dalam. Tubuh itu perlahan tertutup oleh bulu-bulu hitam yang kasar. Sepasang tangannya membesar dengan kuku-kuku runcing dan tajam.

Wujudnya berubah menjadi seekor serigala berukuran besar. Mulutnya melgeluarkan suara erang. Ia berlari mundur. Meloncat jauh ke belakang. Tubuhnya menghilang di antara semak dan lebat hutan.

Dalam sebuah ruang bercahaya temaram. Serigala itu berdiri dengan sebuah jantung berada dalam mulutnya. Tetesan darah terlihat naik dari bawah ke atas. ia membungkuk, mendekatkan mulut ke arah dada Suralaga yang tergeletak di bawah kakinya.

Kedua tangannya seperti menutup rongga dada yang terbuka. Ia mengangkat Suralaga. Mata Suralaga kembali terbuka. Mulutnya menganga. Serigala itu mencengkeram lehernya, lalu ia mendekatkan tubuh Suralaga ke mulutnya.

Serigala itu menarik kembali gigitan dari leher Suralaga. Tangan laki-laki itu meronta. Sesaat kemudian, tubuh Suralaga jatuh ke bawah. Kemudian terbang menghantam dinding kamar. Meja yang jatuh, naik terangkat.

Lihat juga...