Omzet Pasar Ramadan ‘Jalur Gaza’ Capai Rp3 Miliar
Editor: Koko Triarko
Yang membedakan pasar sore Ramadan kampung Nitikan ini adalah menu takjilnya yang terbilang lebih lengkap dibandingkan dengan pasar-pasar tiban lainnya. Hal itu tak mengherankan, mengingat pasar sore ini berada di lokasi yang lebih luas, sehingga bisa diikuti banyak pedagang dari berbagai daerah.
“Sistemnya, para pedagang yang berjualan di pasar sore ini menyewa lahan ke pihak panita. Tapi ada juga pedagang yang menyewa langsung ke teras-teras atau halaman rumah warga. Tarifnya bervariasi mulai dari Rp150 ribu per kapling hingga Rp300-400 ribu, tergantung strategis atau tidaknya lokasi,” katanya.
Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, omzet atau perputaran uang yang terjadi di pasar sore Ramadan Jalur Gaza selama satu bulan penuh, mencapai Rp3 miliar lebih. Meski begitu, pihak panitia tidak mengambil keuntungan karena mengembalikan sepenuhnya hasil perputaran ekonomi kepada warga. Kecuali untuk pelaksanaan kegiatan masjid, seperti menyewa sound system, perlengkapan, dan sebagainya.
“Kita hanya berupaya mengembangkan potensi ekonomi yang ada di kampung Nitikan ini. Apalagi, kampung Nitikan ini dikenal sebagai tempat tinggal para saudagar besar di pasar-pasar tradisional Yogyakarta. Sampai saat ini, kita belum berorientasi pada profit. Karena tujuan utama kita lebih pada dakwah atau syiar agama,” ujarnya.