Merantau ke Luar Negeri Jadi Pilihan Warga di Lembata
Editor: Koko Triarko
LEWOLEBA – Menjadi perantau, terutama bekerja di luar negeri, dari dahulu menjadi andalan warga di kabupaten Flores Timur dan Lembata. Merantau dilakukan sejak 1960-an hingga saat ini, terutama bekerja di luar negeri, seperti di Malaysia.
“Dulu orang lebih sering merantau ke Malaysia untuk membiayai kehidupan keluarga, terutama biaya sekolah anak. Hasil kebun seperti padi dan jagung hanya cukup untuk makan saja,” ungkap Kristoforus Keru, warga Desa Lamatokan, Kecamatan Ile Ape Timur, Sabtu (11/5/2019).
Warga Kabupaten Lembata ini mengaku mulai merantau sejak 1975 di Malaysia. Dirinya bekerja sebagai sopir dan gaji yang diterima pun lumayan besar, sehingga bisa mengirimkannya kepadaa keluarga di kampung halaman.

“Biasanya kalau mendapat majikan yang baik, kami sering dibayar besar. Majikan saya orang Cina dan gaji saya bisa mencapai Rp8 juta setiap bulan. Gaji tersebut saya kirim ke kampung. Selain untuk biaya kehidupan keluarga, juga untuk biaya sekolah dan membuat rumah,” jelasnya.
Selama bekerja di Malaysia, kata Kristoforus, dirinya merasa aman. Sebab memiliki dokumen resmi, sehingga tidak dikejar-kejar oleh petugas imigrasi. Bila masa berlaku visa dan paspor selesai, maka dirinya akan kembali ke kampung dan mengurusnya.
“Biasanya setahun sekali kami pulang ke kampung, menjenguk keluarga. Saya selalu menjaga kepercayaan, sehingga saya tetap dipercaya, meskipun bos saya sudah meninggal dan sekarang adiknya yang memegang perusahaan,” ujarnya.