Merantau ke Luar Negeri Jadi Pilihan Warga di Lembata
Editor: Koko Triarko
Kristoforus mengaku senang bisa merantau ke luar negeri dan bekerja, sebab bila bertahan di kampung halaman, dirinya tidak bisa menghidupi kebutuhan keluarga. Biaya paling besar, yakni sekolah anak, apalagi anak-anaknya harus kuliah.
“Meski bekerja di tanah rantau, saya merasa puas karena anak-anak saya sudah bersekolah dan bisa sukses dalam bekerja. Dua anak saya menjadi pastor dan seorang lagi menjadi suster, dan bertugas di luar negeri,” ucapnya, bangga.
Yosef Magun, warga Lamatokan lainnya, mengakui merantau menjadi pilihan hidup sebagian besar warga Desa Lamatokan dan masyarakat kabupaten Lembata. Dulu, merantau ke Malaysia selalu menjadi pilihan kaum lelaki untuk membiayai kehidupan keluarga.
“Masyarakat lebih senang menjadi perantau, terutama ke Malaysia, karena uang yang diperoleh lumayan besar, sehingga bisa membiayai sekolah anak mereka. Sekarang sudah banyak yang tidak ke Malaysia lagi, tetapi bekerja di Kalimantan,” ujarnya.
Di pulau Kalimantan, kata Yosef, warga lebih memilih bekerja di kebun kelapa sawit. Pekerjaan ini tergolong mudah, sebab warga sudah terbiasa menjadi petani di kampungnya.
“Paling banyak mereka bekerja di Malaysia di kebun kelapa sawit, tetapi sekarang bekerja di kebun kelapa sawit di Kalimantan. Biasanya, mereka merantau diajak saudara atau kenalan atau juga dibawa oleh orang kampung, dan tidak melalui penyalur tenaga kerja,” terangnya.