Sugiarto : PATRI Miliki Kedekatan dengan Pak Harto 

Editor: Mahadeva

Sugiarto mengisahkan, sebagai anak seorang transmigran Dia harus bersusah payah saat menempuh pendidikan tinggi. Hal itu tidak terlepas dari kondisi ekonomi keluarga. Tapi, berkat Yayasan Supersemar, ia dapat menerima beasiswa dari Pak Harto.

Hingga akhirnya bisa kuliah di Universitas Gajah Mada (UGM). “Bapak saya meskipun transmigrasi, beralih profesi jadi pegawai di RS Ulin di Banjarmasin. Ibu saya adalah buruh. Alhamdulillah dengan beasiswa Supersemar, seringkali tiap bulan, saya tidak minta ibu untuk kirim uang. Karena merasa sudah cukup,” ujarnya.

Sugiarto kuliah 1977 dan lulus di 1981. Dengan biaya kuliah yang dikeluarkan orang tua Rp1,5 juta. Saat itu, ongkos pesawat dari Banjarmasin ke Surabaya baru sebesar Rp20 ribu.  “Alhamdulillah saya bukan sombong, anak transmigran tidak bisa dipandang sebelah mata. Saya lulus cumlaude. Ini berkat beasiswa Supursemar, semangat saya bergelora,” tandasnya.

Sugiarto menyebut, warga transmigran memiliki kedekatan dengan Pak Harto. Begitu juga anak-anak transmigran, termasuk Dirinya. Kehadiran Yayasan Harapan Kita (YHK) disebutnya sangat membantu PATRI, khususnya pada penyelenggaraan Munas.

Kehadiran tiga Putri Presiden Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana (Tutut Rukmana), Siti Hediati Haryadi (Titiek Soeharto) dan Siti Hutami Endang Adingsih (Mamiek Soeharto) pada Munas PATRI, dirasa sangat khusus.  PATRI memiliki kedekatan biologis dengan Presiden Soeharto, yang dinobatkan sebagai Bapak Pembangunan.

Pak Harto juga sebagai Bapak Transmigrasi, yang sukses meningkatkan taraf hidup rakyat Indonesia. “Kami punya kedekatan biologis dengan Bapak Presiden Soeharto. Kami bersyukur Ibu Tutut, Ibu Titiek dan Ibu Mamiek hadir pada Munas PATRI ini. Karena saudara biologis, kita saudara juga. Mohon izin kami saudara Ibu Tutut juga,” ungkap Sugiarto disambut tepuk tangan anggota PATRI.

Lihat juga...