Ngudokh, Tradisi Anak-anak Lamsel Menunggu Durian Jatuh
Editor: Koko Triarko
LAMPUNG – Musim buah durian di sebagian wilayah Lampung Selatan, menjadi berkah bagi pemilik kebun, penjaga kebun buah, bahkan anak-anak di pedesaan. Sepulang sekolah, anak-anak mengisi waktu luang dengan berburu durian jatuh, yang disebut Ngudokh.
Fitra Faturahman, salah satu anak di Dusun Karang Anyar, Desa Kelaten, Kecamatan Penengahan, menyebut, berburu durian jatuh kerap disebut dengan Ngudokh, sesuai dengan istilah di Lampung. Istilah tersebut kerap disebut juga momen menunggu buah durian yang sudah matang.
Menurutnya, kebun durian yang berada di dekat perkampungan warga, menjadi berkah bagi anak-anak. Sebab, para pemilik kebun buah durian akan memberi kesempatan bagi anak-anak untuk bisa mendapatkan durian gratis.

Ngudokh, kata Fitra Faturahman, dilakukan oleh empat hingga lima anak seusai sekolah. Sembari bermain dan menunggu durian milik salah satu teman, anak-anak akan mengisi waktu dengan bermain di gubuk di sekitar kebun.
“Kami biasanya membantu orang tua membantu menunggu durian matang yang jatuh. Sembari menunggu, kami berkeliling ke kebun milik orang lain. Jika beruntung, bisa mendapat durian jatuh yang kerap dijual sebagai durian jatuhan,” terang Fitra Faturahman, saat ditemui Cendana News bersama teman sebayanya tengah mencari durian di kebun milik warga Desa Kelaten, Jumat (14/12/2018).
Fitra Faturahman bersama beberapa teman sebaya mengaku sudah mengetahui tanaman durian milik warga yang sudah dijual atau belum. Pada tanaman durian berbuah yang sudah dijual dengan sistem borongan atau tebas, sudah diberi tanda.