Ngudokh, Tradisi Anak-anak Lamsel Menunggu Durian Jatuh
Editor: Koko Triarko
Tanda tersebut di antaranya berupa warna cat cerah atau daun-daun kering diikat pada batang tanaman durian. Meski demikian, anak-anak masih diperkenankan mencari durian yang jatuh di sekitar pohon, sekaligus ikut membantu pemilik pohon.
Fitra Faturahman mengatakan, saat buah durian memiliki kualitas bagus dengan ukuran layak jual, anak-anak akan mendapatkan uang dari hasil penjualan buah durian.
Satu buah durian ukuran sedang dijual Rp10.000, dan ukuran besar Rp25.000. Selanjutnya buah durian tersebut oleh pemilik akan dikumpulkan untuk dijual kembali di tepi Jalan Lintas Sumatra (Jalinsum), dengan harga bisa mencapai Rp20.000 ukuran kecil dan Rp35.000 ukuran besar.
“Buah durian yang isinya dipastikan tidak banyak, kerap kami buka untuk dimakan bersama, kalau dapat uang kami bagi rata, bisa untuk uang jajan di sekolah,” terang Fitra Faturahman yang duduk di bangku kelas 5 SD tersebut.
Salah satu rekan sebaya, Ega Saputra, yang duduk di bangku kelas 3 SD mengaku kegiatan berburu durian merupakan hal menyenangkan. Bersama rekan, ia kerap sudah ada kesepakatan bahwa selama proses mencari durian merupakan satu kelompok. Hasil buah durian yang diperoleh selain bisa dinikmati bersama dalam bentuk buah, saat laku dijual hasilnya bisa dibagi rata. Selama mencari buah durian ia bermain petak umpet, di kebun yang sudah dibersihkan.
“Kami biasanya ikut membantu pemilik kebun membersihkan sampah, agar buah durian yang jatuh terlihat,” beber Ega Saputra.
Kebun yang kotor oleh rerumputan dan semak belukar, kerap menyulitkan untuk berburu durian. Meski sudah terdengar bunyi durian jatuh, namun lokasi yang ditumbuhi semak belukar kerap mempersulit pencarian durian jatuh.