Ngudokh, Tradisi Anak-anak Lamsel Menunggu Durian Jatuh

Editor: Koko Triarko

Ngudokh atau mencari durian jatuh disebut Ega Saputra kerap dilakukan siang hingga sore. Pada malam hari, kegiatan tersebut kerap dilakukan oleh orang dewasa, dengan mempergunakan lampu senter. Ratusan pohon durian membuat ia dan teman-temannya bisa mencari durian ke sejumlah kebun.

Hasan, salah satu pemilik kebun durian yang memiliki cucu dalam kelompok anak-anak pencari durian, mengaku kegiatan tersebut menjadi pengisi waktu luang.

Ia memberi kesempatan anak-anak tersebut, mencari di areal kebun durian yang dimiliki untuk melakukan kegiatan ngudokh buah durian. Namun, ia melarang anak-anak tersebut memanjat ke pohon durian, untuk menghindari risiko terjatuh.

“Buah durian yang jatuh, meski berada di kebun saya, menjadi hak anak-anak yang menemukan. Mereka bisa menunggu durian jatuh sambil bermain,” beber Hasan.

Penjaga kebun durian lain, Maman, warga Desa Sidoluhur, Kecamatan Ketapang, mengaku justru senang dengan adanya kegiatan ngudokh.

Anak-anak yang mencari durian jatuh kerap menjual kembali buah durian matang untuk dikumpulkan. Saat buah durian berjumlah banyak, selanjutnya dijual kepada penjual buah durian di tepi Jalinsum.

Angin kencang yang akhir-akhir ini melanda wilayah Lampung Selatan, membuat sebagian buah durian bisa terjatuh saat memasuki proses pematangan.

“Pembeli dengan sistem borongan kerap mengikat buah durian yang siap matang, tetapi tetap saja akan ada yang jatuh dan ditemukan anak anak,” terang Maman.

Maman menyebut, ngudokh kerap dilakukan oleh anak-anak sebagai bagian kegiatan membantu orang tua. Sebagian orang tua yang memiliki kebun durian bahkan mengandalkan anak-anak untuk menunggu durian jatuh.

Lihat juga...