Belajar Keragaman Budaya Yogyakarta di TMII

Editor: Satmoko Budi Santoso

Tersaji juga benda-benda dari istana Paku Alam, seperti tombak pusaka Kyai Garuda Temanten. Ada juga keris pusaka berluk atau pamor beras wutaha, yang bernama Kyai Jangkung Pacar.

“Pusaka ini dibuat oleh seorang Empu R. Ng. Kariyocurigo, pada masa pemerintahan Paku Alam tahun 1840,” jelasnya.

Di Dalem Ageng dipamerkan juga Pasarean Tedeng. Yakni berupa balai-balai kuno, tempat dimana Sri Sultan Hamengkubuwono IX dilahirkan.

Diantaranya, Senthong Tengah atau Pasarean tengah. Ini adalah tempat pemujaan kepada Dewi Sri, yang dalam mitos Hindu dianggap Dewi Kesuburan dan Kesejahteraan.

Senthong berbentuk tempat tidur kuno berpenutup cinde adalah peninggalan Pangeran Diponegoro.

Dalem Ageng juga menampilkan upacara Tampa Kaya. Yaitu, upacara simbolis pemberian nafkah hidup dari suami kepada istri, dalam perkawinan adat.

Diorama upacara Pondongan dipamerkan di Dalem Ageng replika Keraton Yogyakarta Anjungan Daerah Istimewa Yogyakarta TMII, Jakarta. Foto Sri Sugiarti

Dalam ruangan ini terdapat sepasang patung pengantin Jawa. Sepasang pengantin ini dinamakan Kyai dan Nyai Blonyo atau Loro Blonyo.

Tersaji juga diorama upacara Pondonganan. Lengkap dengan busana adat tradisional pengantin Paes Agung keraton Yogyakarta.

Dijelaskan Ngatiman, ritual pernikahan Agung Yogyakarta ini, dilakukan jika mempelai wanita adalah keturunan atau putri Sultan.

Selain itu, pengunjung juga bisa melihat diorama prajurit Keraton Yogyakarta. Prajurit ini bernama Daheng, Nyutro, dan Prawirotomo.

Dijelaskan dia, prajurit Daheng adalah prajurit asing keraton Yogyakarta yang menurut sejarah berasal dari suku Bugis Makassar. Atas kemurahan hati Sri Sultan, mereka betah tinggal di keraton, maka prajurit ini pun mengabdikan jiwa raga untuk Keraton Yogyakarta.

Lihat juga...