Petani Pare di Sleman Terpaksa Semprot Pestisida Dua Hari Sekali

Redaktur: ME. Bijo Dirajo

YOGYAKARTA — Tingginya resiko terserang hama penyakit mengharuskan petani tanaman pare melakukan penyemprotan pestisida dengan intensitas cukup tinggi. Hal itu dilakukan agar hasil dapat maksimal dan terhindar dari berbagai macam hama penyakit seperti ulat, maupun serangga wereng lainnya.

Salah seorang petani pare, Ngatminah warga Tangkilan, Sidoarum, Godean, Sleman. Foto: Jatmika H Kusmargana

Seperti dilakukan salah seorang petani, Ngatminah warga Tangkilan, Sidoarum, Godean, Sleman. Menanam di lahan seluas kurang lebih 500 meter persegi, ia mengaku harus melakukan penyemprotan tanaman setiap dua hari sekali sejak tanaman mulai berbunga hingga masa panen.

Ia mengaku tak punya cara lain, mengingat hanya pemakaian pestisida itulah cara paling ampuh dan mudah mengatasi hama.

“Saat awal masa tanam penyemprotan dilakukan satu minggu sekali. Tapi nanti setelah mulai berbunga harus dilakukan lebih sering. Paling tidak dua hari sekali. Kalau tidak maka tanamam akan terserang hama seperti ulat atau ayang-ayang (kutu putih) yang menyerang daun dan buah,” katanya kepada Cendananews, Senin (18/11/2018).

Dengan intensitas penyemprotan secara rutin, Ngatimah mengaku mampu mendapatkan hasil panen yang cukup bagus. Dalam sekali panen mendapatkan kurang lebih 2,5 kwintal.

“Meski hasil cukup bagus, namun sayang harga pare sedang turun karena memasuki masa panen. Sekilo hanya dihargai lima hingga enam ribu rupiah per kilogram. Padahal kalau sedang bagus bisa Rp8 ribu,” katanya.

Ngatimah juga menanam cabai di sela tanaman pare miliknya dengan sistem susualan. Dimana tanaman cabai di tanam setelah tanaman pare berusia 1 bulan. Dengan sistem ini maka, begitu pare memasuki fase kematian lahan sudah terdaftar tanaman cabai.

Lihat juga...