Sejak saat itu pula Kameswara tak berani menyentuh istrinya. Sebab, ia mengancam akan menghunjamkan keris ke tubuhnya sendiri. Kebencian Diyah Pitaloka kepada Kameswara semakin memuncak. Segala upaya dan doa telah dilakukannya guna membunuh Kameswara.
“Siapa saja yang berani menghunuskan pedangnya di hadapanku, itu sama saja mengundang malaikat penyabut nyawa mendatangimu,” ujar Kameswara suatu waktu pada seorang pendekar sebelum membunuhnya hanya dengan satu sabetan pedang.
Percobaan demi percobaan pembunuhan terhadap Kameswara selalu gagal. Setiap kegagalan meninggalkan satu rahasia yang mengejutkan, yakni Diyah Pitaloka dalang di balik semuanya. Namun, hal itu tidak pernah ditanggapi serius oleh Kameswara, peristiwa demi perstiwa hanya menjadi angin yang lekas berlalu.
Upaya lain pun ditempuh Diyah Pitaloka demi cita-citanya, entah ilham darimana yang memasuki pikirannya. Kini, sudah berbulan-bulan Kameswara mengajarkan ilmu kanuragan pada istrinya, Diyah Pitaloka.
Kendati istrinya berulang kali hendak mencelakakan dirinya, namun karena cumbu rayu pada suatu purnama membuat hati Kameswara luluh. Setelah percintaan yang dahsyat, hari demi hari Kameswara memberikan kesaktian pada istrinya itu.
***
HINGGA pada suatu malam prahara di kerajaan Kameswara pun terjadi. Pemberontakan yang dilakukan pengikut setia Diyah Pitaloka berhasil meluluh-lantakkan kedaton. Kekacauan itu membuat Kameswara keluar dari peraduan. “Apa yang kau inginkan dari diriku, istriku?” tanya Kameswara pada Diyah Pitaloka. “Kematianmu,” jawabnya pendek.
Tanpa menunggu lebih lama, Diyah Pitaloka meluncur ke udara dan melayangkan pedangnya ke arah Kameswara. Dengan satu gerakan Kameswara dapat menghindar dari kematian yang sudah di depan mata.