Kemarau Panjang, Harga Jagung Melambung, Petani Untung
Editor: Satmoko Budi Santoso
YOGYAKARTA – Musim kemarau panjang yang terjadi tahun ini, menjadi berkah tersendiri bagi para petani jagung di kawasan Bantul Yogyakarta. Ketersediaan stok jagung yang menipis di pasaran, membuat harga komoditas palawija itu meningkat cukup signifikan pada tahun ini.
Seperti dirasakan petani di kawasan Jetis Bantul, Harto. Harto mengaku pada musim panen kali ini ia mampu menjual jagung miliknya dengan harga Rp3800 per kilogram per basah bonggol. Hasil jagung itu dibeli langsung oleh pihak perusahaan yang sebelumnya mengontrak lahan pertaniannya.
Sementara bagi petani yang menjual hasil panen sendiri, diketahui mampu menjual dengan harga Rp4500 per kilogram jagung pipil kering. Harga itu tercatat meningkat dari harga sebelumnya yang berkisar di angka Rp3000-an.
“Memang harga tahun ini naik dari sebelumnya. Karena kondisi cuaca dimana terjadi kemarau panjang, membuat kebutuhan pakan meningkat. Sehingga ketersediaan jagung pun menjadi berkurang,” katanya, Rabu (24/10/208).
Para petani di kawasan Jetis Bantul sendiri mayoritas menanam jagung bekerjasama dengan perusahaan. Pihak perusahaan menyewa lahan milik petani, dan memberikan modal benih serta pupuk sejak masa awal tanam. Nantinya kebutuhan itu akan dipotong dari hasil panen.
“Oleh perusahaan, petani diberi bibit dan pupuk. Per 100 lobang atau 1000 meter kita diberikan uang Rp100 ribu untuk beli pupuk. Saya sendiri menanam sebanyak 225 lobang atau 2200 meter persegi,” katanya.
Meski dikontrak oleh perusahaan, para petani seperti Harto tetap mendapatkan jatah hasil panen untuk jagung lanang, yang ditanam 1/5 dari seluruh hasil penan. Hasil panen jagung lanang ini nantinya dapat dijual sendiri oleh petani tanpa melalui perusahaan.