Memorabilia Petilasan Tempat Tidur “Laku Presiden Soeharto” di Rumah “Lurah Soeharto” Glonggong Madiun

Oleh Mahpudi, MT

Pagi hari Pak Harto berfoto dengan sejumlah petugas beserta istri di depan rumah kepala desa Dolopo, Madiun, sebelum melanjutkan perjalanan Incognito pada 25J uli 1970.

Bagi keluarga Yon Harsono, kehadiran Pak Harto ke rumah mereka, memang teramat berkesan. Dengan mata menerawang, Yon berkisah, bahwa setelah kunjungan itu, antara ayahnya dan Pak Harto, terjalin hubungan persahabatan yang akrab.

Dalam sebuah kesempatan, ayah dan ibu dari Yon Harsono, diundang Pak Harto ke Jakarta. Namun, ketika berada di Jakarta, kesehatan ibunya memburuk. Sehingga, atas bantuan Pak Harto, sang Ibunda dirawat di rumah sakit Gatot Subroto.

Sayang tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Ternyata, kesehatan istri “Lurah Soeharto” semakin memburuk, sehingga wafat dalam perawatan. Ketika mengetahui lelayu yang sangat mengagetkan tersebut, Presiden Soeharto langsung mengutus pejabat yang menjadi bawahannya, untuk mengurusi jenazah “Ibu Lurah Soeharto” hingga ke pemakaman di kampung halaman. Bahkan, Presiden Soeharto juga menulis surat ungkapan belasungkawa kepada “Lurah Soeharto” sahabat dekatnya.

Pak Harto masih sempat bercengkerama dengan pejabat setempat maupun warga sebelum melanjutkan perjalanan, pada bagian belakang tampak Soeharto, kepala desa Glonggong, Dolopo.

Pada bagian lain penuturannya kepada Tim Incognito, Yon Harsono menyatakan, bahwa perjalanan yang dilakukan Pak Harto saat itu, bukan semata-mata perjalanan formal seorang presiden untuk menemui rakyatnya. Baginya, Pak Harto sedang menjalani sebuah “laku” dalam metode kepemimpinan Jawa ala Mataraman, sebuah tirakat dengan berjalan kaki mengunjungi tempat-tempat dan orang-orang yang memiliki kekuatan spiritualitas.

Lihat juga...