Panen Cengkih, Harga Turun Dibanding Tahun Lalu
Editor: Satmoko Budi Santoso
Penetapan harga yang sudah disepakati antara petani dan perusahaan memberi keuntungan kedua belah pihak.
“Kualitas cengkih di lahan perkebunan kaki Gunung Rajabasa yang menghadap Selat Sunda kualitasnya bagus sehingga dipilih produsen rokok,” paparnya.
Pola kemitraan dengan bantuan bibit, disebut Anita, dilakukan dengan sistem kelompok sehingga petani mendapat jaminan serapan cengkih dengan harga pasti. Sebagai tanaman keras yang mampu bertahan hingga ratusan tahun, Anita menyebut, cengkih memberi keuntungan berlipat.
Memiliki 100 batang dengan asumsi satu pohon berbuah 30 kilogram dengan hasil 3 ton petani bisa mendapatkan hasil Rp30 juta dari hasil penjualan yang dipatok seharga Rp100.000 per kilogram.
Anita menyebut, dibandingkan dengan petani lain yang tidak menjalin kemitraan, ia memastikan bisa mendapatkan jaminan harga. Meski petani non-kemitraan menjual cengkih dengan harga di bawah Rp100.000, dirinya dan sejumlah petani yang ikut kemitraan tetap bisa menjual dengan harga minimal Rp100.000 per kilogram.
Kebutuhan akan finansial warga yang menjual cengkih ke pengepul saat mendesak membuat petani memilih tidak mengikuti program kemitraan, meski harga bisa berubah sewaktu-waktu.
“Petani yang sudah ikut program kemitraan rata-rata mendapat bibit dan perjanjiannya dilarang menjual selain ke mitra,” beber Anita.
Sebagian besar petani cengkih, disebut Anita, masih mempergunakan sistem pengeringan manual. Pengeringan manual dilakukan memanfaatkan sinar matahari dan dijemur di lapangan serta tepi jalan.
Sinar matahari yang sempurna, diakui Anita, bisa mengeringkan cengkih selama maksimal tiga hari. Harga cengkih dengan program kemitraan mencapai Rp100.000 merupakan cengkih yang sudah disortir dan dipisahkan dari cangkang serta kering sempurna.