JK : Umat Islam Indonesia Tidak Terpengaruh Konflik
Editor: Mahadeva WS
JAKARTA – Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) meminta masyarakat untuk bertanya mengenai persoalan agama ke Majelis Ulama Indonesia (MUI). Saat ini JK menilai, para alim ulama sangat memahami kondisi keislaman dan ke-Indonesiaan.
“Para alim ulama sangat memahami kondisi keislaman dan ke-Indonesiaan. Alhamdulillah umat saling menghormati, kalau ada masalah agama tanya ke MUI. Jadi ini sangat penting,” kata JK, Rabu (6/6/2018).
JK menyebut, dari 6 miliar penduduk dunia, tercatat yang merupakan umat Islam ada 1,6 miliar. Jumlah tersebut menjadi angka yang cukup besar. Dan di antara baik dan buruk kondisi negara Islam, hampir 53 negara Islam dan negara berpenduduk Islam, 15-an diantaranya mengalami gejolak.
Konflik yang terjadi di negara Islam secara sengaja dibuat oleh pihak tertentu untuk kepentingan pribadi. Menurutnya, zaman umat Islam bergolak satu sama lain saat ini menjadi kondisi luar biasa. “Jadi ada suatu pengkondisian, bahwa kalau ingin negara barat maju. Maka Islam harus berkonflik satu sama lain. Dan itu ditulis dibuku,” tandas JK.
Dengan banyak konflik di negara Timur Tengah, masyarakat dunia kemudian mengalami Islam fobia. Hal tersebut memunculkan ketakutan dan memunculkan stigma negatif ketika ada kaum muslim yang berkunjung.
Menurut Wapres, orang-orang yang memiliki pemikiran radikalisme, itu pemikirannya datang dari negara yang sedang berkonflik. Diantaranya seperti Suriah, Irak, Afganistan dan negara lain. “Di Indonesia muncul radikal itu dari daerah yang berkonflik. Dan itu orang asing,” tukasnya.
Namun demikian, meski penduduk Indonesia mayoritas muslim, kondisinya tidak terpengaruh dengan konflik yang ada. Sebab, Islam masuk di Indonesia dibawa oleh para pedagang, bukan dengan cara perang. “Sejarah Islam di Indonesia dan di Asia Tenggara itu bukan datang dengan perang. Tapi disyiarkan oleh para pedagang,” pungkas JK.