Hari Buku Nasional, Gauli Buku Terbitlah Cakrawala
OLEH MAKMUN HIDAYAT
Lalu bagaimana mendorong bangsa ini memiliki kebiasaan gemar membaca? Kita bisa melihat Jepang. Bukan hanya mengirim kaum muda ke berbagai negara di kawasan Eropa dan Amerika secara besar-besaran untuk belajar dalam mengejar ketertinggalannya, tetapi semua buku-buku Barat juga diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang sehingga memudahkan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi dunia barat.
Buku-buku di Jepang juga dijual dengan harga sangat murah. Dorongan ini telah membuat bangsa Jepang memiliki kebiasaan gemar membaca. Hal itu bisa dilihat di mana-mana di Jepang, baik di kereta api, di dalam bus-bus, di stasiun-stasiun, atau di mana saja, hampir semua membaca.
Sebagai bagian dari ikhtiar membiasakan kegemaran masyarakat untuk membaca buku, di Tanah Air Indonesia setiap tanggal 17 di bulan Mei diperingati sebagai Hari Buku Nasional. Di tengah ketersediaan jumlah perpustakaan di Indonesia yang relatif banyak dan mumpuni, Hari Buku Nasional menjadi momentum untuk kembali menyayangi buku dan membacanya.
Penetapan tanggal tersebut dipilih sebagai Hari Buku Nasional berdasarkan hari berdirinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada 17 Mei 1980. Penggagasnya adalah Menteri Pendidikan Nasional Kabinet Gotong Royong saat itu, Abdul Malik Fadjar, di tahun 2002 lalu.
Penetapan Hari Buku Nasional bukan tanpa alasan. Tujuan adalah untuk meningkatkan minat dan kegemaran membaca masyarakat Indonesia. Selain itu, diharapkan dapat melestarikan budaya membaca buku sekaligus menaikkan penjualan buku.
Berbagai upaya untuk menumbuhkan dan meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia harus terus dilakukan tanpa lelah. Pasalnya, minat dan kebiasaan membaca di Indonesia masih tergolong rendah. Upaya pemerintah dengan menggratiskan pengiriman buku tiap tanggal 17 setiap bulannya, misalnya, harus dimanfaatkan dengan baik.