Harga TBS Sawit Tingkat Petani di Lamsel Anjlok
Editor: Irvan Syafari
LAMPUNG — Awal masa panen hasil perkebunan kelapa sawit di dua kecamatan di Lampung Selatan mulai dilakukan oleh petani di wilayah Desa Baktirasa, Kecamatan Sragi dan Desa Banjarmasin, Kecamatan Penengahan.
Menurut Subakir (30) salah satu petani kelapa sawit di Desa Baktirasa, pada pertengahan Maret harga tandan buah segar (TBS) sawit mencapai Rp1.300 per kilogram. Memasuki awal bulan April harga berangsur turun dari seharga Rp1.100 hingga mencapai harga Rp900 per kilogram.
Anjolknya harga tersebut cukup beralasan sebab sistem penjualan dilakukan melalui pengepul. Musim hujan memberi imbas penurunan harga TBS sawit dengan biaya distribusi yang naik imbas akses jalan yang rusak. Biaya distribusi umumnya dibebankan oleh pengepul yang melakukan pembelian dan penimbangan TBS di kebun.
“Masa panen pada bulan ini bertepatan dengan musim hujan sehingga biaya operasional semakin tinggi, imbasnya harga anjlok di tingkat petani karena pengepul juga harus mengeluarkan biaya ekstra,” terang Subakir salah satu petani di Desa Baktirasa, Kecamatan Sragi saat ditemui Cendana News,Senin (9/4/2018)
Meski penurunan harga terjadi level petani terbilang rendah berkisar Rp400 hingga Rp500 per kilogram, namun mempengaruhi pendapatan petani sawit. Dengan hasil sekitar 2 ton sekali panen pada lahan dua hektare, penghasilan dari panen berkurang sekitar Rp1 juta untuk per ton TBS.
Padahal selama harga mencapai Rp900 per kilogram, ia sekali panen memperoleh sekitar Rp1,8 juta. Sementara sebelumnya bisa memperoleh Rp2,6 juta untuk per ton TBS.
Subakir berharap kondisi tersebut bisa berubah dengan meningkatnya permintaan akan minyak goreng jelang Ramadan. Selama ini ia menyebut permintaan akan TBS sawit bahan baku minyak goreng tersebut digunakan untuk kebutuhan pabrik minyak sawit di Lampung. Pengepul akan mengumpulkan hasil panen dari sejumlah petani kelapa sawit sebelum dibawa ke pabrik pengolahan minyak kelapa sawit.