Ekonom INDEF: Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Tidak Mudah

Editor: Irvan Syafari

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Eko Listiyanto-Foto : Sri Sugiarti.

JAKARTA — Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,4 persen sepanjang tahun 2018. Namun hingga kuartal I 2018, baru tumbuh 5,2 persen year on year (yoy).

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto mengingatkan, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi tidaklah mudah. Apalagi tahun 2018 ini adalah momentum politik yang berpengaruh pada kinerja perekonomian.

“Berbagai kendala muncul kembali, salah satunya daya beli masyarakat akan makin menurun,” kata Eko kepada Cendana News, Jumat (28/4/2018).

Dirinya mengingatkan pemerintah agar kebijakannya jangan hanya belanja sosial di momentum politik. Karena ini akan susah menilainya, apakah lebih ke arah mekanisme momentum politiknya atau untuk mengatasi melemahnya daya beli masyarakat.

“Itu agak bias kebijakannya. Apa yang harus dilakukan di luar itu,” ujarnya.

Misalnya harga energi, sebut Eko, kemudian BUMN dikorbankan. Itu juga bukan solusi karena bisa saja muncul persepsi, pertamina menyerap kenaikan harga minyak yang terjadi saat ini, yakni, ongkos produksi naik tapi harga ditahan.

Implikasinya menurut Eko, memang berat dan itu harusnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang menyerap, tapi kemudian dibebankan ke Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Secara mekanisme ini tidak masalah, tapi kata Eko, persepsi bagi investor jadi lain. Kalau kemudian ada satu BUMN memberikan dividen tinggi pada APBN. Tapi kemudian dibebani menampung dari kenaikan energi itu juga terlalu besar, maka setoran BUMN tersebut kepada pemerintah akan berkurang.

“Tapi pemerintah secara statistik punya target yang tinggi.Kira-kira setoran BUMN itu dicarikan dari mana? Bisa jadi dikait-kaitkan dengan BUMN lainnya,” ujarnya.

Lihat juga...