“Aku dulu kecapaian istirahat di sekitar pasar ini. Oh iya ini pabrik teh, ya?” katanya.
“Kalau kebun teh tidak berubah. Hanya banyak resto. Tadi resto De Kemuning di halaman pabrik.”
Dia takjub dengan keramaian wilayah Kemuning, di antara kebun teh. Dulu masih sepi. Sekarang bertebaran restoran mewah dengan pengunjung mobil berderet.
Kami naik terus melewati hamparan kebun teh.
Tibalah kami di Candi Cetho. Hawa dingin sore menyergap. Kabut tipis itu datang dan pergi. Dia mengenakan jaket. Kami berjalan menuju pintu gerbang. Pintu gerbang berbentuk Candi Bentar terlihat suram. Aku berjalan mengiringi kawan lama. Begitu masuk langsung terlihat patung lelaki Sumeria dengan wajah menghamba. Wajahnya berewokan, seperti orang Arab.
Dari dulu aku heran akan patung itu. Dua patung lelaki Sumeria di pintu gerbang Candi Hindu? Bagaimana bisa terjadi? Terlihat wajah kepala patung orang Sumeria pasrah dan menghamba. Apa menyimbolkan kekalahan orang Sumeria? Apa ada hubungannya dengan bentuk Candi Sukuh yang piramid?
Dia memandang patung itu lama dan berkata, “Kata sebagian ahli, patung di Candi Cetho memang sosok orang Sumeria. Ciri-ciri dan atribut yang dikenakan sosok dalam patung itu seperti kebiasaan orang Sumeria. Orang Sumeria memakai gelang yang mirip jam tangan seperti pada patung. Patung memakai anting-anting. Orang Jawa biasanya menggunakan sumping.”
“Bangsa Sumeria salah satu bangsa tertua. Mereka meninggalkan kebudayaan Mesopotamia kuno. Mereka hidup berburu, kemudian melakukan pertanian di daerah Mesopotamia. Lalu mendirikan kota-kota dengan pemerintahan seperti sebuah negara sehingga dikenal dengan sebutan Negara Kota.