Usaha Gula Kelapa di Kelawi Tergantung Modal Tengkulak

Pada masa awal, Musrawati mengaku, ketiadaan modal membuat para tengkulak memberi kemudahan dengan melakukan peminjaman modal. Mulai dari sewa pohon kelapa kala itu sebesar Rp500 ribu untuk seratus pohon hingga kini pada awal 2018 sewa pohon sudah mulai naik menjadi Rp2 juta untuk seratus pohon per tahun. Keterikatan pinjaman sejak modal awal akan dibayarkan pada saat produksi gula menghasilkan dengan sistem potong hasil.

“Kami diberi modal untuk menyewa karena lahan untuk menanam tidak punya bahkan rumah masih menumpang sementara lahan yang ditanami kelapa milik pengusaha,” terang Musrawati.

Kayu bakar menjadi bahan baku untuk proses pengolahan gula kelapa [Foto: Henk Widi]
Setiap seratus pohon kelapa disebutnya kerap menghasilkan sekitar 50 hingga 100 kilogram gula kelapa secara bertahap. Dalam sehari suaminya hanya mampu memanjat maksimal 60 pohon yang sudah dideres dengan alat khusus berupa jerigen penampung air nira kelapa. Semua peralatan penderesan berupa jerigen, wajan pengolahan, tangga serta peralatan lain  awalnya dibeli dari modal pinjaman.

Harga gula merah yang mengalami pasang surut disebut Musrawati ikut berpengaruh bagi pembuat gula merah. Saat harga turun, dirinya menyebut, para produsen gula kelapa enggan mengolah air legen menjadi gula. Mereka justru memilih mengolah menjadi minuman tradisional atau menjadi minuman berfermentasi yang dikenal dengan tuak.

“Saat harga turun kami enggan membuat gula kelapa karena prosesnya harus menunggu dua hari agar bisa mendapatkan hasil maksimal,” bebernya.

Lihat juga...