Pak Harto dalam Kenangan Fidel Ramos dan Sultan Brunei
JAKARTA — Presiden Filipina ke-13 Fidel Valdez Ramos dan Sultan Brunei ke-29 Sultan Haji Hassanal Bolkiah Al-Mu’izzaddin mempunyai kesan mendalam terhadap Presiden RI kedua, Soeharto.
Dalam buku Pak Harto The Untold Stories, keduanya mengisahkan pertemuannya dengan Pak Harto. Mereka berbagi cerita dalam kunjungannya ke Jakarta.
Fidel Ramos menyebut, saat paling berkesan dalam hubungan pribadi dengan Pak Harto adalah ketika sama-sama di Istana Cipanas dan Istana Bogor. Pak Harto, kata Fidel selalu ramah, meskipun ia sangat sibuk sebagai pemimpin negara yang besar.
“Kadang sambil menangani tugas-tugas resmi, Pak Harto sangat melayani memperhatikan kami. Sangat charming dan menyenangkan,” kata Fidel Ramos.
Suatu ketika Fidel Ramos yang baru empat bulan menjabat sebagai Presiden Filipina diundang menghadiri acara penobatan Sultan Hassanal Bolkiah sebagai penguasa Kesultanan Brunei Darussalam, pada Oktober 1992. Hadir dalam acara tersebut para pemimpin negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Presiden Soeharto.
Kepada Soeharto, Fidel Ramos mengutarakan situasi di Filipina terkait pemberontakan Moro National Liberation Front (MNFL) di bawah pimpinan Nurmisuari di Filipina Selatan yang menuntut kemerdekaan. Fidel Ramos menginginkan penyelesaian masalah ini melalui proses perdamaian.
“Ketika hal itu saya sampaikan kepada Pak Harto, beliu mendukung isu perdamaian yang saya sampaikan,” imbuhnya.
Pemerintah Filipina dan MNFL akhirnya melakukan pertemuan di Istana Cipanas dengan difasilitasi oleh Presiden Soeharto pada 14-17 April 1993. Perundingan damai dihadiri masing-masing faksi yang bertikai.