Produksi Jagung Penengahan Turun, Petani Perlu Mitra
Kepala Desa Klaten Joniamsyah yang memberikan sambutan huga mencatat petani jagung di wilayahnya dengan luasan lahan lebih dari 100 hektare lahan jagung pada musim panen September-Oktober mengalami penurunan produksi bahkan bisa disebut gagal panen. Total hasil panen jagung yang semula dalam satu kali panen bisa menghasilkan 100 karung dalam satu lahan seluas setengah hektar bahkan kini hanya memproduksi sekitar 20 karung jagung.
“Selain faktor cuaca kurangnya pendampingan ke petani akibat perusahaan benih,obat serta pihak terkait dengan jagung membuat petani justru merugi padahal harapan petani jagung ingin mendapatkan keuntungan,” tegas Joniamsyah.
Sebanyak 27 kelompok tani di wilayah yang dipimpinnya selama ini kerap mendapat masukan dari perusahaan produsen benih, obat namun kurangnya sosialisasi dan pendampingan dan terputusnya relasi antara petani dan produsen berimbas hubungan petani dan perusahaan terputus dan dilihat dari sisi bisnis semata.
Ia berharap kemitraan petani jagung dan perusahaan bisa memberikan kesejahteraan bagi petani jagung dalam peningkatan ekonomi terutama dengan harga jagung yang kini mencapai Rp4 ribu per kilogram namun produksi merosot sehingga belum dinikmati petani.
Keluhan akan penurunan produksi jagung tersebut mendapat respon dari perusahaan penyedia obat obatan jenis herbisida, fungisida yang dilakukan oleh PT Bayer yang ikut mendukung proses pertumbuhan jagung mulai dari benih hingga pra panen. Eko Setiawan selaku Sales Eksekutif PT Bayer wilayah Lampung Timur menyebut selama ini perlu ada pendampingan ke petani sejak penanaman hingga perawatan.