Cuaca Buruk, Diversifikasi Usaha Tangkal Kerugian Nelayan
Hal yang sama juga dilakukan oleh Neni (50) asal Sulawesi Selatan yang memiliki usaha jual beli teri hasil pengolahan yang melimpah saat musim teri dari nelayan bagan congkel dan bagan mini. Mengolah ikan dengan hasil sekitar Rp2 juta sekali produksi dengan harga rata-rata Rp20.000 untuk teri kering. Bahkan kini tak lagi bisa diperoleh akibat bahan baku nihil.
“Saya istirahat dulu namun untungnya bertepatan dengan masa paceklik bahan baku teri tanaman cengkih saya pas panen,” terang Neni.
Diversifikasi usaha yang dilakukan Neni diakuinya merupakan upaya mencegah kerugian pada satu bidang usaha sehingga wanita yang merantau dari Makassar tersebut bisa membeli tanah kebun untuk ditanami cengkih dan kakao. Hasilnya ia bisa menyekolahkan bahkan menguliahkan anaknya. Meski pada musim paceklik ikan dirinya tak mendapat penghasilan namun masih bisa menjual hasil panen cengkih.
Melakukan panen selama dua kali dan sudah menjual sekitar 100 kilogram dengan harga masih Rp90.000 per kilogram Neni berhasil memperoleh uang sebesar Rp9 juta dari hasil panen cengkih. Meski usaha pembuatan teri miliknya tak beroperasi. Pada saat cuaca membaik, sang suami tetap melaut mencari bahan baku teri. Namun saat kondisi cuaca buruk usaha tani menjadi alternatif usaha menghasilkan uang.
Slamet (56), warga lain juga sebagai nelayan mengalami dampak dari kondisi cuaca angin kencang sebagai nelayan kecil dan pemilik usaha pembuatan teri bersama isterinya. Namun dengan keahlian sebagai tukang kayu kini dirinya bisa menerima pesanan pembuatan pintu. Pembuatan pintu dari kayu mahoni yang dibuatnya sekaligus menjadi sumber usaha yang diperoleh saat dirinya kerap membuat perahu dan akrab dengan kayu.