Produsen Batu Bata Palas Andalkan Kayu Karet Sebagai Bahan Bakar

Padahal sebelumnya harga batu bata di wilayah tersebut hanya seharga Rp270 ribu per seribu di lokasi pembuatan batu bata dan sampai di rumah pembeli bisa mencapai Rp290 ribu per seribu bata.

Kenaikan harga batu bata tersebut menurut Bejo dipengaruhi oleh permintaan konsumen, mahalnya bahan baku berupa tanah, kayu bakar serta sekam yang dipergunakan untuk pembakaran batu bata buatannya.

Sekam yang diperoleh dari sejumlah penggilingan padi diakuinya dibeli dengan harga seribu rupiah  per karung, kayu karet seharga Rp450 ribu untuk muatan sebanyak satu kendaraan L300 sebagian dibayar saat batu bata laku terjual.

Kayu karet yang dibeli dengan sistem berhutang tersebut diakui oleh Bejo banyak didatangkan dari wilayah Kecamatan Sragi hasil proses pembongkaran tanaman karet yang sudah tidak produktif. Kayu karet yang sudah dipotong dan dibelah menggunakan kampak tersebut menjadi bahan bakar yang ampuh termasuk sekam padi untuk pematangan batu bata.

Kayu karet diakuinya sangat cocok dipergunakan untuk proses pembakaran batu bata karena mudah terbakar dan awet dibandingkan dengan kayu jenis lain meski sebagian pemilik usaha batu bata juga menggunakan kayu jenis lain. Pasokan kayu karet yang melimpah tersebut dikirim oleh pemilik kebun karet untuk pembersihan tanaman karet tak produktif untuk bahan bakar pembakaran batu bata.

Bejo mendapatkan omzet sekitar Rp6 juta untuk sekali proses pembuatan batu bata sebanyak 20.000 buah.  Dirinya mengaku banyak mendapat pesanan dari masyarakat yang melakukan bedah rumah dan juga proses pembangunan rumah baru setelah terimbas jalan tol Sumatera.

Peningkatan harga batu bata termasuk permintaan yang tinggi tersebut bahkan menjadi penopang usaha kecil yang ditekuni oleh Bejo dan warga lain dari jasa bongkar muat saat pengangkutan batu bata ke rumah konsumen.

Lihat juga...