Musim Kemarau, 30 Hektare Lahan Pertanian di Kecamatan Panjatan Tidak Produktif

YOGYAKARTA — Musim kemarau, sejumlah lahan pertanian di Kecamatan Panjatan, Kulonprogo, mengalami kekeringan. Saluran irigasi untuk pengairan mengering sehingga membuat lahan pertanian tidak bisa ditanami.

Salah satunya terdapat di hamparan lahan pertanian Bulak Tayuban, Panjatan. Sedikitnya lahan pertanian seluas kurang lebih 30 hektare tidak produktif selama musim kemarau ini.

Ratusan petani nampak membiarkan lahan pertanian mereka terbengkalai sambil menunggu musim pemghujan tiba. Hanya sebagian kecil petani saja yang mencoba memanfaatkan lahan pertanian untuk ditanami jagung guna pakan ternak.

“Setiap tahun kawasan ini memang tidak produktif. Karena tidak ada pengairan akibat saluran irigasi mengering. Petani biasanya hanya membiarkan lahan mereka, sambil menunggu musim hujan tiba,” ujar salah seorang petani Suyanto (42) warga Sukopanganti, Tayuban, Panjatan, Kulonprogo.

Menurut Suyanto, banyak petani memilih membiarkan lahan mereka hingga musim penghujan karena akan rugi apabila ditanami tanaman palawija. Hal itu disebabkan petani harus mengeluarkan biaya tambahan untuk meyewa disel guna mengambil air dari sumur-sumur bor yang ada.

“Apalagi belum semua lahan disini memiliki sumur bor. Sehingga tidak banyak petani yang menanam palawija baik cabai atau jagung saat musim tanam ketiga, pada saat bulan kemarau seperti sekarang ini,” katanya.

Salah satu solusi yang mungkin bisa dilakukan untuk mengatasi hal ini hanyalah membuat saluran irigasi baru dari bukaan pintu irigasi Buk Begal yang terletak sekitar tiga kilometer dari kawasan Bulak Tayuban, di Dusun Kanoman.

“Selama ini saluran irigasi bersumber dari Kali Bawang. Namun setiap musim kemarau selalu mengering. Bulan Juni sudah mulai kering, nanti bulan November saat mulai hujan baru mengalir,” katanya.

Lihat juga...