Cincin Memorabilia 1965 Milik Mangku Gejor

Malam harinya, dengan mata ditutup dan tangan diikat, pemangku yang menjadi gembong komunis itu dibawa ke kuburan untuk dihabisi. Diterangi lampu senter, mata kelewang yang berkilat menyambar leher pemangku itu. Tubuhnya ditombak dan dibacok. Namun, anehnya, tak ada setetes darah pun yang mengucur. Tubuhnya masih utuh tanpa luka. Setelah berusaha berkali-kali, seperti mencincang batang pisang, anak buah Gejor pun kewalahan.

“Jika desa menginginkan saya mati, baiklah, saya siap mati. Biarkan saya berdua bersama Gejor. Ada yang ingin saya sampaikan,” ujar Jro Mangku Alit dengan tenang. Gejor memberi isyarat kepada para anak buahnya agar menyingkir dan membiarkan mereka berdua.

“Gejor, kita bersahabat sejak lama.”

“Maafkan saya, Jro. Saya tak punya pilihan lain. Saya hanya menjalankan tugas dari desa. Kamu telah bersalah sebagai seorang pimpinan PKI yang berniat melakukan kudeta dan akan membantai para pemuka agama. Maafkan saya…” ujar Gejor dengan perasaan tak menentu.
Jro Mangku Alit memahami perasaan sahabatnya itu. Dia tidak menyalahkan Gejor.

“Baiklah. Buka cincin di jari saya. Kamu simpan sebagai tanda persahabatan kita. Sekarang, saya siap mati di tanganmu untuk membayar kesalahan saya,” ujar Jro Mangku Alit, lirih.

Gejor melepas cincin dari jari manis sahabatnya. Kemudian, setelah berdoa dan meminta maaf, Gejor memeluk Jro Mangku Alit sembari membenamkan belati ke jantungnya. Darah muncrat membasahi tubuh keduanya. Jro Mangku Alit meregang nyawa dalam pelukan sahabatnya. Dengan separuh sedih, Gejor memerintahkan anak buahnya untuk mengubur mayat Jro Mangku Alit secara terhormat. Sejak itu, tersiar kabar, Gejor berhasil membunuh pimpinan komunis di Bali yang memiliki ilmu kebal. Gejor pun semakin disegani warga desa.
***
Senja makin paripurna. Dengan tertatih, Mangku Gejor melangkah ke kamar sucinya. Sejenak, dia bersemadi menenangkan pikiran yang kacau. Kemudian, hatinya tergerak untuk memeriksa cincin yang dibungkus kain putih di pelangkiran. Betapa terkejutnya Mangku Gejor. Cincin itu telah raib.

Lihat juga...