Perajin Bambu di Sleman Berharap Ada Solusi Lesunya Pasar
YOGYAKARTA – Kawasan Tirtoadi, Mlati, Sleman, selama ini dikenal sebagai daerah sentra perajin bambu terkenal di DIY. Ratusan perajin bambu terdapat di daerah ini. Selain membuka kios di rumah masing-masing, mereka juga biasa mengirim berbagai jenis kerajinan hingga ke luar daerah, bahkan luar negeri.
Sayangnya, sejak beberapa tahun terakhir, usaha kerajinan bambu di kawasan ini seolah mati suri. Semakin banyaknya pesaing serta kurangnya inovasi produk hingga kendala pemasaran menjadi sejumlah penyebab perkembangan usaha kerajinan bambu unggulan Kabupaten Sleman ini seolah jalan di tempat.
Salah seorang pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) kerajinan bambu di kawasan Dusun Sendari, Tirtoadi, Mlati, Sleman, Subiantoro, tak menampik hal tersebut. Memulai usaha sejak 1997 silam, ia tahu persis turun naik perkembangan usaha kerajinan bambu di daerahnya. Jika beberapa tahun lalu ia mampu mengekspor kerajinan bambu hingga ke sejumlah negara, kini ia hanya melayani pasar lokal DIY dan sekitarnya saja.
“Dulu saya bisa kirim meja kursi bambu ke Jawa Timur, Sumatera, Kalimantan, bahkan hingga ekspor ke sejumlah negara seperti Jerman, Belanda, Korea, dan Jepang. Tapi, lima tahun terakhir ini saya hanya melayani pasar lokal DIY dan Magelang. Sudah tidak ada yang pesan lagi. Ini tidak hanya menimpa saya saja, tapi kebanyakan perajin bambu di sini,” katanya, Selasa (15/8/2017) sore.
Semakin banyaknya perajin bambu di berbagai daerah, serta semakin mahalnya ongkos biaya kirim ke luar daerah maupun luar negeri, ditengarai Subiantoro menjadi penyebab menurunnya perkembangan UMKM kerajinan bambu di Tirtoadi. Bahkan, kini justru banyak perajin dari luar DIY seperti Klaten dan Solo yang menitipkan produk kerajinan di kawasan ini.