Permintaan Ekspor Arang Batok Kelapa, Lesu

Proses pembuatan arang batok kelapa diakui Ngatiran terbilang sederhana. Dengan melakukan pembakaran menggunakan dua buah drum, sementara untuk permintaan ekspor dirinya membutuhkan sebuah lubang berukuran 5 x 5 meter dengan kedalaman 2 meter. Proses pembakaran dimulai dengan menggunakan kayu dan minyak tanah.

Setelah terbakar menjadi arang batok kelapa tersebut didinginkan dengan cara ditimbun menggunakan tanah. “Kalau skala kecil, cukup menggunakan drum bekas dan pendinginan dihamparkan di terpal, lalu dimasukkan dalam karung-karung menunggu permintaan dari konsumen”, kata Ngatiran.

Pada pekan ini, ia mengaku sudah mengumpulkan 15 karung atau 150 kilogram arang batok kelapa yang akan dibeli oleh sejumlah pengusaha kuliner. Keberadaan warung-warung makan di sepanjang Jalan Lintas Sumatera dengan menyediakan menu ikan bakar, ayam bakar hingga sate diakuinya menjadi pemicu usahanya tetap berjalan.

Ngatiran mengatakan, dari 10 karung arang batok kelapa, dirinya bisa memperoleh uang Rp320 ribu dan menjadi pemasok usaha kuliner untuk proses pembakaran. “Sembari menunggu permintaan ekspor, sementara saya penuhi permintaan usaha kuliner yang membutuhkan arang batok kelapa buatan saya”, ungkap Ngatiran.

Menurut Ngatiran, proses pembakaran batok kelapa hingga menjadi arang masih belum dilirik oleh masyarakat sebagai sumber mata pencaharian. Bahkan, limbah batok kelapa tersebut masih jarang dimanfaatkan oleh pemilik usaha pembuatan kopra.

Lihat juga...