Rasulullah, Ajarkan Bangun Negara tanpa SARA

“Rasulullah mengatakan, walaupun masyarakat Kota Yatstrib berbeda-beda, namun asalkan memiliki satu cita-cita dan tujuan yang sama, maka semua merupakan satu umat,” ujar Said, dalam puncak acara peringatan 500 Tahun Sunan Kalijaga dan Harlah ke-94 NU, tersebut.

Syarat masyarakat Madinah yang dibangun Rasulullah sendiri dikatakan adalah keadilan, kesamaan, kebebasan dan saling melengkapi satu sama lain. “Sistem ini disebut kewarganegaraan. Tanpa adanya diskriminasi. Setiap warga masyarakat Madinah memiliki hak dan kewajibaban yang sama. Baik atas pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Tidak boleh saling menghina atas perbedaan agama, suku, ras, dan sebagainya,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Said juga menyindir perilaku kelompok tertentu yang kerap melakukan tindakan kekerasan dan memaksakan kehendak dengan mengatas-namakan Islam. Said sendiri tak menampik, umat Islam, termasuk NU memiliki kewajiban untuk berdakwah. Namun, harus dengan cara yang mulia, bermartabat dan santun. Sebagaimana Islam sendiri yang merupakan sebuah agama yang mulia, bermartabat dan santun.

“Nabi Muhammad pernah mengatakan, akan ada kaum yang ciri-cirinya kepalanya botak, berjenggot, celana congkrang, dan memiliki tanda hitam di dahinya. Mereka ini membaca Al-Quran, namun tidak sampai masuk ke dalam kerongkongannya. Mereka inilah seburuk-buruknya kaum,” katanya.

Ia mencontohkan, caranya dakwah Rasulullah yang selalu mengedepankan sikap santun, lemah lembut dan memaafkan. Setelah 8 tahun hijrah dan menghimpun kekuatan di Madinah, Rasulullah dengan 15.000 pasukannya justru mengampuni orang-orang Mekah yang dulu selalu menghina, menyakiti dan ingin membunuhnya. Dan, dengan sikap seperti itulah justru banyak orang Mekah yang akhirnya masuk Islam dan menjadi pengikut Rasulullah.

Lihat juga...