Rasulullah, Ajarkan Bangun Negara tanpa SARA

SABTU, 15 APRIL 2017

YOGYAKARTA — Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PB NU), Said Aqil Siradj, kembali menyindir perilaku SARA yang banyak dilakukan sejumlah kelompok tertentu dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, beberapa waktu terakhir. Sindiran itu diungkapkan dengan menggambarkan kisah Nabi Muhammad SAW dalam membentuk pemerintahan yang jauh dari sikap dan perilaku SARA. 

Ketua Umum PB NU, Said Aqil Siradj 

Pimpinan kaum Nahdliyin itu menyatakan, Nabi Muhammad SAW, pada sekitar 15 abad lalu telah berhasil membangun sebuah negara maju serta membentuk masyarakat modern yang disebut Muhammadin atau Madaniah. Negara itu dibangun Nabi Muhammad SAW dengan konstitusi atau dasar negara yang bukan berdasarkan agama, suku ataupun ras, melainkan kesamaan pandangan dan tujuan dari setiap unsur masyarakatnya.

“Negara yang dibangun Rasulullah itu bukan negara Islam, bukan pula negara Arab. Tapi, Nabi Muhammad membangun masyarakat modern dan maju yang disebut Madaniah atau Muhammadin. Baik itu maju dari sisi intelektual, budaya, akhlak atau moral. Termasuk juga kemajuan dalam kehidupan ekonomi, kesejahteran, keadilan, ketertiban, dan sebagainya,” kata Said, dalam Tausiyah Kebangsaan ‘Mencari Jati Diri Budaya Bangsa di Dalam Hidup Ketatanegaraan Kita’, di Universitas NU (UNU) Yogyakarta, Jumat (14/4/2017), malam.

Said juga mengatakan, pada saat awal Nabi Muhammad, hijrah, Kota Yastrib atau yang saat ini lebih dikenal dengan Kota Madinah, merupakan sebuah kota dengan masyarakat yang plural atau majemuk. Masyarakatnya terdiri dari berbagai unsur. Mulai dari kaum Muhajirin, yakni kaum muslim yang berasal dari Makkah (pendatang). Kaum Ansor, yakni kaum muslim pribumi. Hingga kaum non muslim, yakni Yahudi yang terbagi dalam 3 suku berbeda.

Lihat juga...