Pekerja Perempuan Tetap Memikirkan Kesejahteraan Jangka Panjang
Dominasi anggota Serikat Perjuangan Rakyat Indonesia (SPRI) yang merupakan para pedagang di lingkungan pelabuhan Bakauheni tersebut menurut anggota lain, Sutini (30) bukan tanpa halangan. Dari awal sejak dirinya berjualan pada umur 25 tahun, ia mengaku sangat mudah bagi para warga sekitar Pelabuhan Bakauheni berjualan tanpa harus mengikuti organisasi, berserikat atau memiliki kartu keanggotaan pedagang pelabuhan.
Namun seiring berjalannya waktu kemudahan tersebut digunakan oleh oknum oknum tak bertanggungjawab untuk mencari uang dengan cara mudah di antaranya dengan menggunakan modus berjualan barang namun ada yang berkedok sebagai penjaja seks komersial (PSK).
Hal tersebut diakuinya tak bisa dipungkiri hingga stigma negatif muncul bagi para pedagang perempuan terutama yang bekerja pada shift malam. Tanpa keanggotaan yang jelas, sistem masuk pelabuhan yang mudah membuat jumlah pedagang mencapai hampir 600 orang lebih.
Sutini mengungkapkan sistem saat ini lebih rapi dengan adanya perlindungan organisasi SPRI, jaminan pekerjaan serta iuran wajib tiap bulan yang bisa dipergunakan sebagai santunan untuk anggota yang sakit atau mengalami musibah.
“Kami kerap dianggap remeh terutama oleh orang yang memandang pekerjaan sebagai pedagang kopi merupakan pekerjaan rendah dan ada yang kerap menggoda kami, tapi kami komitmen dan beruntung sistem bisa mengubah stigma negatif tersebut hanya benar benar pedagang yang boleh masuk di zona yang ditetapkan,”ungkap Sutini.

Sutini mengungkapkan untuk keanggotaan atau berhak berjualan di area Pelabuhan para pedagang harus tunduk pada aturan “tuan rumah” yang ditetapkan yakni oleh PT ASDP Bakauheni dengan melarang berjualan di zona larangan.